Muslimin Lamongan
HATIPENA.COM – Semacam ritual yang tidak bisa ditinggalkan. Rutinitas setiap pukul setengah 6 pagi: ngopi pahit di warung belakang rumah. Ada kesan tersendiri, selepas ngopi merasa siap menghadapi kehidupan sepanjang hari.
Bertemu dengan tetangga, bincang ngalor ngidul sambil bercanda, menambah amunisi untuk beraktivitas. Bahwa hidup perlu dijalani dengan tegar, meski pahit getir melanda diri. Para tetangga sebagian besar adalah petani. Yang selalu lepas dari perhatian pemerintah.
Seperti anak angkat yang diakui, tetapi kurang mendapat perhatian yang lebih. Para petani adalah sosok-sosok tegar yang selalu menertawakan kepahitan. Bekerja dengan segenap jiwa raga, hasilnya sering mengecewakan. Namun, sangat jarang ada demonstrasi petani.
Apa pun yang terjadi, harga anjlok atau gagal panen, mereka masih bisa tertawa lepas meramai. Di warung kopi, segala keluh menguap bersama harum dan hangat kopi. Gitu aja kok repot, kata Gus Dur. Gitu aja kok sewot, kata mBah Bejo, pengopi dan pengudut rokok cap kebo, hhh……….
Sambil minum kopi, rasanya mantap bila bersanding musik. Saya adalah generasi radio AM: penggemar berat Kak Rhoma dan sandiwara radio. Waktu itu, radio menjadi alat hiburan yang utama. Televisi, meski hitam putih, tidak punya. Maklum anak tukang becak. Jadi hampir tiada hari tanpa mendengarkan radio. Khususnya siaran musik, tiada pernah dilewati.
Sebenarnya saya suka semua genre musik, namun khusus Kak Rhoma, saya mengidolakannya.
Mendengarkan musik dan syairnya bisa menetes air mata: Sebujur Bangkai. Bisa mengharu biru cinta: Kerinduan dan Syahdu. Bisa menyemangati kehidupan: Romantika. Dan seterusnya, tak terkecuali musik dan lirik pop, rock, jazz, dan lain-lain. Asal musik dan syairnya merasuk ke hati, pasti dinikmati dengan enjoy.
Lucunya, meski hobi dengar musik, saya bukan penghafal yang baik. Banyak lagu yang lupa syairnya. Apalagi menyanyikan lagu, sebenarnya ingin, tetapi kurang percaya diri. Manfaat mendengarkan musik adalah menjadi sering lupa. Lupa elegi, tragedi, krisis, juga lupa kalau masih punya hutang, hihihi. Tentu saja masih ingat mati, itu sebuah keharusan.
Begitulah, kopi dan musik merupakan dua elemen yang menyertai hari-hari saya. Hingga kini, dua hal itu menjadi pendamping setia dalam hidup saya. Dua hal itu sering menjadi sarana melepaskan diri dari kejenuhan dan keruwetan. Dengan minum kopi sambil dengar musik, sering muncul ide-ide pelepasan yang menyibak kejumudan.
Saya sepakat dengan pendapat bahwa kopi dan musik bisa menjadi terapi. Seiring dengan bertambahnya usia, kopi pahit dan musik yang menggugah hati adalah terapi penambah semangat melakoni hidup. Keduanya merupakan kegiatan ringan berbiaya murah yang bisa melanggengkan harmoni tubuh. Tanpa banyak mengaduh. Selalu bersyukur mematri puji Ilahi. Nikmat mana lagi yang saya dustakan? (*)
Lamongan, 14 April 2025