HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Rumah, Masjid, Takdir

August 25, 2025 18:32
IMG-20250825-WA0006

Oleh: Nurul Jannah

Talkshow, Silaturahmi, dan Skenario Allah

HATIPENA.COM – Semua bermula dari sebuah sapaan ringan di WhatsApp. Obrolan sederhana tentang rencana duet Talkshow di Savoy Homan, Bandung, 30 Agustus mendatang. Talkshow itu bukan sembarang talkshow: rangkaian Milad PI, IIDB, dan Indscript yang akan mempertemukan banyak penulis, inspirator, dan para pebisnis handal.

Awalnya hanya percakapan biasa, namun siapa sangka ternyata membuka jalan menuju kisah-kisah berikutnya yang lebih dalam dan menggetarkan.

“Bu, kita ketemu dulu yuk sebelum hari H. Biar klik di hati, biar chemistry kita lebih terbangun,” ajakku lewat telepon.

“Iya betul, kalau tidak duduk bersama, takut ada yang missing ya. Yuk, kita atur waktu temunya,” jawab Bu Sempa mantap.

Dan di titik itulah Allah menenunkan jalannya.

Rumah Bu Sempa ternyata hanya berjarak 50 meter dari Masjid Mujahidin, Slipi, tempat Komunitas Renungan Tahajud, di mana aku menjadi anggotanya, sering berkumpul.

Masya Allah… kebetulan macam apa lagi ini, selain takdir yang sudah Allah rancang melalui skenario terindah-Nya?

55 Kilometer yang Deg-degan

Minggu pagi aku berangkat dengan hati berbunga. Dari Bogor ke Slipi memang 55 kilometer, tapi jarak itu terasa seperti sekejap mata. Sepanjang jalan aku berkali-kali melirik jam. Deg-degan, jangan-jangan telat… jangan-jangan macet.

Alhamdulillah, tol Tomang Slipi sangat bersahabat. Hanya 59 menit aku sudah tiba di Jl. Anggrek Nelimurti VII, Kemanggisan, Palmerah.

“Casa Orchidea, Slipi,” sebut Bu Sempa waktu kami janjian.

Dan, di depanku berdiri bangunan megah: Casa Orchidea. Dua kapling rumah menyatu, empat lantai menjulang, fasadnya elegan namun tetap bersahaja, memancarkan aura kokoh nan mempesona. Saat itu juga aku tahu, ini bukan rumah biasa; namun sebuah hunian istimewa.

Casa Orchidea: Hunian Penuh Pesona

Pintu dibuka, senyum Bu Sempa menyambutku hangat.

“Ayo masuk, anggap rumah sendiri,” ucapnya lembut.

Aku melangkah masuk dan seketika merasa berada di ruang yang bukan hanya rumah, melainkan sebuah karya hidup yang tertata rapi. Masya Allah. Garasi luas menampung delapan mobil. Taman mungil di sudut halaman, terasa begitu meneduhkan.

Begitu masuk ruang tamu. Aku langsung terpesona. Asri, bersih dengan paduan gaya modern dan sentuhan klasik. Sofa empuk tertata apik, rak buku menempel di dinding seakan menyimpan kisah panjang dan ornamen kecil di sudut ruangan menghadirkan kesan hangat serta penuh jiwa.

Tangga lebar dengan pijakan kayu, membawa langkah kaki ini naik dengan mantap. Cahaya alami matahari jatuh seperti tirai doa. Membuat setiap langkah terasa ringan.

Naik ke lantai dua dan tiga, aku semakin tak berhenti berdecak. Kagum. Selain terpampang kamar-kamar megah untuk hunian sang pemilik; di situ juga ada empat pintu apartemen. Masing-masing berisikan 2 Bed Room; lengkap furnitur dan balkon mungil yang menghadap jalan. Setiap pintu seolah menyimpan rahasia; setiap ruang seakan punya cerita.

“Bu, kalau ada maling; tamu tak diundang masuk sini, bisa bingung tujuh keliling deh. Betapa sulit menemukan jalan keluar ya…,” kataku sok serius.

Beliau malah tertawa, “Iya, nanti malah jadi tamu kebingungan.”

Kami sama-sama tertawa. Rasanya hangat, akrab, seperti sudah lama saling mengenal dan bersahabat.

Suguhan Penuh Cinta

Di meja tersaji suguhan: pisang goreng madu harum, peuyeum, kue jadul khas Bandung, kombucha kiriman sahabat, hingga camilan Nusantara.

“Masya Allah, komplet banget!” kataku sambil mencicipi pisang goreng madu.

Beliau tersenyum, “Alhamdulillah, silaturahmi selalu membawa berkah.”

Belum lagi ketika jam makan siang tiba. Sayur lodeh, ayam goreng, ikan hangat, tempe, sambal pedas, tersaji begitu elegannya.

“Bu, menunya kok Jawa mbanget. Padahal Ibu kan Batak sejati.”

“Iya itulah…,” jawabnya sambil terkekeh, “asisten saya orang Jawa. Jadi lidah saya sudah pindah domisili; ikut-ikutan Jawa.” lanjutnya.

Bahagia kami pun pecah. Makan siang itu terasa bukan hanya santap biasa, melainkan jamuan penuh cinta.

Masjid Mujahidin: Pertemuan Jiwa

Minggu, 24 Agustus 2025, tepat jam 12, kami berjalan kaki menuju Masjid Mujahidin. Benar, hanya 50 meter dari rumah bu Sempa. Betapa Allah seakan dengan sengaja menggelar karpet merah untuk kami: agar langkah menuju-Nya tidak pernah terasa jauh.

Di sana, acara Komunitas Renungan Tahajud berlangsung syahdu. Hatiku bergetar saat Bu Sempa ikut masuk dan ternyata menemukan banyak teman lamanya di sana.

“Wah, ini benar-benar berkah dan hadiah buat saya,” kata bu Sempa. Matanya nampak berbinar bahagia.

Aku menahan haru, “Allah mempertemukan kita bukan hanya untuk panggung Savoy, tapi juga panggung hati, di majelis-Nya.”

Oleh-oleh Sesungguhnya

Menjelang sore aku berpamitan. Pulang ke Bogor tetap hanya sejam. Di tanganku memang ada oleh-oleh: pangsit goreng khas Savoy Homan dan kombucha segar. Tapi oleh-oleh sejati bukan itu.

Yang kubawa pulang adalah: ukhuwah yang hangat, silaturahmi yang tulus, dan takdir Allah yang menautkan hati lebih erat daripada jarak apa pun.

“Barokallah… hari ini bukan semata pertemuan biasa. Rumah bisa megah, suguhan bisa lezat, tetapi yang paling membekas adalah persaudaraan yang Kau rajut dengan cinta.

Jarak 55 km terasa sekejap, karena hati lapang dengan niat silaturahmi. Milad PI di Savoy Homan Bandung hanyalah awal; rumah penuh jiwa ini jadi jembatan; dan Silaturahmi hati ini adalah panggung sejati: tempat Engkau menyatukan hati untuk kembali pada-Mu.”

Dan aku makin yakin, berada di komunitas yang sama, Pensiunan Inspiratif, bukan hanya menyatukan langkah, tetapi juga membawa keberkahan-keberkahan berikutnya yang tak terduga. (*)

Bogor, 25 Agustus 2025