Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Rumah Tuhan Terbakar

January 14, 2025 21:08
IMG-20250114-WA0089

Puisi Esai Ahmadie Thaha

7 Januari 2025.

Langit Los Angeles memerah,
bukan oleh senja yang melukis kanvas,
melainkan oleh kobaran api yang mengganas.

Eaton Fire, Sunset Fire, Palisades Fire,
amukan enam kepala naga membakar tanah ini,
menghapus jejak-jejak kehidupan,
melukis jelaga di atas kaki langit.

Angin Santa Ana berlari sekencang waktu,
naga merah meliuk-liuk,
menghembuskan bara dari gudang ke pegunungan,
menghancurkan rumput, ilalang, pohon kering.

Tak peduli rumah megah atau pondok kecil,
tak peduli altarnya berdiri atau tiangnya lapuk,
panas ratusan derajat meruntuhkan segalanya,
menghitamkan Hollywood dengan tinta dari jelaga.

-000-

Di tengah abu dan kehancuran,
rumah-rumah Tuhan menjadi saksi.

Sebuah sinagoga 80 tahun usianya,
masjid kecil di tepian Altadena,
paroki tua di sudut bukit,
dan lusinan gereja di sentero kota,
semuanya jatuh tak tersisa.

Namun, dari reruntuhan itu muncul tiga jiwa,
hadir atas panggilan langit.

Ruth Berman Harris, penyanyi dengan iman sekuat baja,
menggenggam gulungan Taurat yang sakral.

Imam Junaid Aasi, dengan jubah hampir terbakar,
memeluk al-Qur’an seperti melindungi anaknya sendiri.

Pastor Miguel Ortega, tangan gemetar tapi tak gentar,
mengangkat Alkitab dari puing-puing gereja.

Mereka dipertemukan di lapangan terbuka,
dalam kelelahan, peluh, dan jelaga.

“Kita selamatkan yang tak ternilai,”
kata Ruth dengan napas tersengal.
“Taurat ini detak jantung kami.”

“Begitu pula Al-Qur’an,” jawab Junaid lelah.
“Ia adalah jiwa umat kami.”

Miguel mengangguk.
“Alkitab ini lebih dari kertas dan tinta.
Ia adalah cahaya bagi dunia.”

Mereka memandang puing-puing rumah Tuhan.
Batu, besi, kaca — semua meleleh menjadi abu.

Namun iman mereka tetap berdiri,
seperti pohon yang akarnya menggenggam keyakinan.

-000-

“Bukankah Taurat berkata:
‘Bumi adalah milik Tuhan, dan segala isinya’?”(1)

“Benar,” jawab Junaid.
“Dalam al-Qur’an difirmankan:
‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’.”(2)

Miguel menambahkan,
“Alkitab pun berkata:
‘Peliharalah bumi, dan taklukkanlah itu dengan kasih’.”(3)

“Kita telah gagal menjaga titipan Tuhan,” kata Ruth.

“Ini bukan hukuman, tetapi akibat dari kelalaian kita.”
Miguel menimpali,
“Kebakaran ini adalah bayaran atas kerakusan manusia.”

“Kini,” ujar Junaid, “tugas kita adalah menggerakkan umat
untuk menjaga bumi, rumah bersama.”

-000-

Mereka bersatu, melupakan perbedaan,
menggalang gerakan lintas agama.

Mengajak pesohor Hollywood,
yang memiliki kuasa atas suara massa,
melukis ulang harapan di kanvas yang terbakar.

“Roda sejarah tak boleh berhenti di sini,” kata Miguel.
“Kita harus menyemai harapan.”

Ruth memandang cakrawala yang memudar.
“Tuhan kita satu, meski jalan kita berbeda.”

Junaid menambahkan, “Bukan untuk kita saja,
tapi untuk anak-anak kita, dan generasi mendatang.”

-000-

Kini, reruntuhan itu menyisakan kenangan.
Namun iman mereka tak terbakar,
malah menyala lebih terang.

Langit Los Angeles masih berkobar,
bau hangus masih menyengat,
tapi semangat mereka tetap menyala.

Mari bersama menjaga bumi,
rumah kita semua,
rumah anak cucu semesta.

-000-

Rujukan:

  1. Taurat, Mazmur 24:1
  2. Al-Qur’an, Surah al-Baqarah 2:11
  3. Alkitab, Kejadian 1:28.