HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Secangkir Keberanian di Simpang Empat Geronggang

October 21, 2025 07:13
IMG-20251021-WA0015

Kisah Ahmad Afrizal, Jebolan OJT Arutmin yang Menyeduh Mimpi di Simpang Empat

Oleh : Nurul Jannah

Awal yang Sederhana, Semangat yang Menyala

HATIPENA.COM – Malam di Geronggang, langit mulai berubah jingga, menandai waktu di mana sebagian orang pulang, tapi sebagian lainnya justru memulai. Di simpang empat, berdiri sebuah kedai kopi mungil bernama “Kedai Kopi Number One.” Tidak ada musik, tidak ada lampu mewah, hanya beberapa bohlam kuning yang menggantung di bawah atap seng, meja kayu sederhana, dan aroma kopi yang menenangkan.

Tempatnya tidak besar, tapi suasananya hangat, homy dan asik buat ngobrol santai. Dari kejauhan, terdengar tawa kecil pelanggan yang sedang berdiskusi di sudut ruangan.

Di balik meja bar yang terbuat dari kayu polos, seorang pemuda berusia 21 tahun sedang menuang cairan kopi ke dalam gelas plastik. Tangannya cekatan, wajahnya tenang. Dialah Ahmad Afrizal, salah satu penerima manfaat program Community Development (Comdev) PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin, yang kini membuktikan bahwa pelatihan kecil bisa melahirkan mimpi besar.

Dari On The Job Training (OJT) ke Cita-Cita

Enam bulan lalu, Afrizal adalah salah satu dari sepuluh peserta On the Job Training (OJT) yang diselenggarakan Arutmin.

Program ini rutin dilakukan setiap enam bulan, memberi kesempatan bagi anak muda sekitar tambang, lulusan SMA dan sarjana, untuk belajar mengenal dunia kerja profesional.

“Waktu itu saya cuma pengen tahu rasanya kerja di perusahaan besar,” kenangnya sambil mengaduk kopi dengan sendok logam kecil.

“Ternyata yang saya dapat jauh lebih besar: saya belajar arti disiplin, tanggung jawab, dan percaya diri.”

Selama OJT, Afrizal mendampingi karyawan lapangan dan staf administrasi. Tapi yang paling membekas adalah pelatihan barista yang diselenggarakan Arutmin. Dari situ ia menemukan hal yang mengubah arah hidupnya.

“Saya baru tahu, bikin kopi itu bukan sekadar menuang air panas,” katanya sambil tertawa kecil.

“Ada seni, ada kesabaran, dan ada cerita di setiap cangkir.”

Sebuah Kedai, Seribu Harapan

Setelah masa OJT selesai, Afrizal punya dua pilihan: melamar kerja di perusahaan atau mencoba membuka usaha sendiri. Ia memilih yang kedua. Bermodalkan Rp5 juta, hasil tabungan dan sedikit bantuan keluarga, ia mulai membangun mimpinya.

Modal itu ia pakai untuk membeli coffee maker sederhana, toples biji kopi, sirup rasa, sewa ruangan di simpang empat, dan sedikit bahan baku untuk hari pertama.

“Saya mulai buka jam lima sore, tutup jam dua belas malam. Alhamdulillah, selalu saja ada yang mampir,” ujarnya sambil tersenyum.

Belum genap sebulan, usaha Afrizal sudah mendekati titik BEP (Break Even Point). Kedainya ramai oleh pelanggan muda, warga sekitar, dan karyawan tambang yang mampir sepulang kerja.

“Mereka bilang kopinya beda, mungkin karena saya buatnya sambil bersyukur,” katanya polos.

Suasana Malam yang Hangat dan Homy

Malam itu, saya duduk di kursi kayu depan kedai bersama tim Comdev Arutmin; Pak Mahmud, Pak Ferry, Pak Gusti, dan Pak Syamsir. Aku hadir ditemani Reza, asisten survey tim Audit Reklatam, IPB. Di meja, dua gelas Hazelnut Latte berembun diletakkan dengan hati-hati oleh Afrizal.

Tidak ada musik, hanya bunyi sendok kecil yang beradu dengan gelas, aroma kopi, dan obrolan ringan yang terasa akrab.

“Rasanya enak, lembut,” bisik Pak Gusti, salah satu tim Comdev Arutmin.

“Wah, ini anak muda punya cita rasa barista sejati,” tambah Pak Mahmud, SHEC Arutmin

Reza, asisten survei yang ikut menemani ikut menatap Afrizal bangga.

“Dulu waktu pelatihan barista, tangan saya masih kaku,” jelas Afrizal sambil tertawa kecil.

“Sekarang, Alhamdulillah, saya malah sudah punya pelanggan tetap.”

“Saya cuma berusaha bikin orang senang, Pak. Kalau mereka bisa ngobrol santai di sini, itu udah bikin saya bahagia.” Afrizal menjelaskan dengan senyum rendah hati.

Dan benar, suasana di kedai itu begitu hangat dan manusiawi. Orang datang bukan semata mencari kopi, tapi mencari tempat untuk bercerita, berdiskusi, bahkan mungkin sebatas diam saja sembari menikmati malam.

Dialog Inspiratif yang Menyala

“Rizal,” tanya Pak Syamsir sambil menatapnya, “kenapa gak ambil tawaran kerja dari perusahaan?”

Afrizal menatap ke luar jendela, ke arah simpang empat yang masih ramai lampu kendaraan.

“Saya pengen jalanin usaha ini dulu, Pak. Saya mau belajar menciptakan lapangan kerja, bukan cuma mencari.”

Ya, Rizal memilih meneruskan usaha kopi yang mulai dirintisnya daripada jadi karyawan.

Pak Syamsir, Supervisor Comdev, tersenyum bahagia mendengar jawaban Rizal.

“Itu baru barista sejati. Gak cuma bisa nyeduh kopi, tapi juga menyeduh semangat.”, balas Pak Ferry, salah satu Penanggung Jawab Comdev Arutmin dengan bangga.

Malam makin larut, tapi tawa kami masih bertahan di bawah cahaya bohlam kuning. Kedai kecil itu seperti rumah kedua, tempat di mana mimpi muda menyala dalam kesederhanaan.

Arutmin dan Jejak Pemberdayaan

Program Comdev PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin memang dirancang bukan hanya untuk membuka peluang kerja, tapi menumbuhkan kemandirian masyarakat sekitar tambang. Melalui pelatihan seperti Barista, Mebel, dan Kewirausahaan, anak-anak muda diberi kesempatan untuk belajar dan berani melangkah.

“Kami ingin masyarakat di sekitar tambang tidak hanya bergantung, tapi tumbuh bersama,” papar Pak Mahmud yang mendampingi program.

“Afrizal adalah contoh nyata bahwa kesempatan kecil bisa melahirkan perubahan besar.”

Kini, Kedai Kopi Number One bukan semata tempat minum kopi biasa. Ia telah menjadi simbol kemandirian dan keberanian anak muda di sekitar tambang.

Secangkir Keberanian di Simpang Empat

Di luar, lampu jalan memantulkan bayangan hangat ke dinding kayu.

“Kadang saya capek, tapi setiap kali lihat orang senyum setelah minum kopi buatan saya, capeknya hilang,” katanya sambil menatap langit.

“Kopi ini bukan cuma minuman, tapi doa supaya saya bisa terus belajar, dan terus bermanfaat.”

Saya menatapnya dalam diam, anak muda yang dulu belajar dari tambang, kini menambang harapan dari setiap seduhan kopi.

Di bawah langit malam Simpang Empat, aromanya bercampur dengan semangat. Dan saya tahu, pemberdayaan sejati adalah ketika sebuah perusahaan memberi kesempatan, lalu anak muda seperti Afrizal menjadikannya kehidupan.

Dari pelatihan sederhana lahir keberanian besar. Dari tangan seorang barista muda, mengalir rasa kopi penuh harapan.

Dan dari sudut kecil Simpang Empat Geronggang, Arutmin membuktikan bahwa memberdayakan manusia berarti menyalakan masa depan. (*)

Bumi Allah, 21 Oktober 2025