Oleh Amelia Fitriani
MALAHAYATI memimpin 2.000 perempuan untuk melawan penjajah pada tahun 1599.
Ia mendapat julukan “Singa Betina dari Aceh” karena mengalahkan penjajah di lautan.
Dialah perempuan pertama yang menjadi laksamana di dunia.
-000-
Teluk Haru masih menyimpan rapat-rapat
setiap butir air mata yang jatuh dari pipi Malahayati
kala sang pujaan hati meregang nyawa di tangan bengis Portugis
“Aku titipkan perjuangan ini di genggamanmu,”
pesan terakhirnya, sebelum hayat meninggalkan raga
Laksamana Tuanku Mahmuddin gugur, Portugis mundur
Luka akan kehilangan itu
menggores hati sang puan kelahiran 1550 ini
Begitu dalam goresannya
hingga membangkitkan kekuatan di dalam dirinya
Ia bangkit sebagai Singa Betina dari Aceh
Bak gemuruh lautan,
jiwa militansi Malahayati mengalir deras di tubuhnya
Buah didikan dari sang ayah, Laksamana Mahmud Syah, panglima gagah
pengawal terdepan Angkatan Laut Kesultanan Aceh
Sejak belia ia menyerap ilmu pendidikan militer
belajar dengan tekun di Akademi Baitul Maqdis
pusat pendidikan militer terkemuka pada masanya
Bangku sekolah membuat perempuan ini berilmu pengetahuan
juga memiliki keterampilan dalam strategi perang laut
berkat Tuhan, menjadikannya mutiara untuk tanah Aceh
Auman Sang Singa Betina menggema di Tanah Rencong
ini bukan hanya balas dendam mendiang suami
ini misi suci, perjuangan demi kehormatan bumi pertiwi
Malahayati bukan singa betina satu-satunya
dia bangkitkan singa-singa betina lain
yang selama ini bersembunyi di balik semak patriarki
Mereka adalah dua ribu janda prajurit yang gugur di medan tempur
Inong Balee(1) tak kenal arti mundur
satu komando di bawah kepemimpinan Malahayati
Berjaga dari Selat Malaka Hingga Pantai Timur Malaya
Malahayati tidak sudi
selangkah pun Bumi Serambi Mekah ini diinjak penjajah
tidak seujung kuku pun rasa gentar berani mengusik
“Aku menjaga perjuanganmu, Kanda,” bisiknya pada angin
menitipkan pesan itu ke rumah sang suami di surga
tempat mereka berjanji untuk jumpa kembali di akhir masa
Malahayati menunjukkan jalan perang untuk perempuan
perjuangan perempuan tidak melulu soal rahim
dia memilih jalan pedang dan meja runding
Sang Singa Betina tidak hanya bicara
dia mengaum dan mengamuk di lautan lepas
memukul mundur kapal Belanda pencuri rempah
Di kesempatan lain, dia memaksa mereka duduk berunding
di atas meja, keberaniannya tak mudah dieja
kepiawaiannya membuat ciut nyali sang penjajah
“The Road Not Taken” meminjam istilah Robert Frost
ini jalan perjuangan yang sunyi dan penuh duri
namun di ujung, ada sungai indah yang menanti
Malahayati, laksamana sejati
menggenggam janji suci sampai mati
sekali hidup membawa arti
untuk suami, bumi Aceh, dan Ibu Pertiwi
-000-
Aku termenung setelah mengetahui lebih banyak tentang Malahayati
Di benaknya, tidak membedakan perempuan dan laki-laki
baginya berperang melawan penjajah adalah panggilan hati. -000-
(Dibuat dengan asistensi AI)
CATATAN KAKI:
- Malahayati merupakan laksamana perempuan yang lahir dari lingkungan
Kesultanan Aceh. Ia melanjutkan perjuangan mendiang suami yang tewas
di medan tempur. Ia memimpin 2.000 pasukan elite bernama Inong Balee,
yakni janda-janda dari para prajurit yang gugur.