Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Arutala, dari Mantra Sang Nabi Sampai Senja dan Gerimis

December 28, 2024 16:16
Buku Antologi Arutala yang sudah beredar di kalangan pecinta sastra (Foto: Edy Samudra Kertagama)
Buku Antologi Arutala yang sudah beredar di kalangan pecinta sastra (Foto: Edy Samudra Kertagama)

Catatan Kecil dari Antologi Arutala

TAK BANYAK yang bisa saya katakan dari terbitnya Antologi Arutala yang memuat 82 puisi, juga dua puisi panjang yang berjudul Laila’s Love in The House I Built – Helena Dalam Nostalgia.

Puisi- puisi yang saya tulis dalam Antologi Arutala ini, penuh dengan tema romantik juga perjalanan tokoh dari Laila dan Helena.

Mungkin puisi-puisi dalam Antologi Arutala adalah puisi yang biasa ditulis oleh penyair Indonesia juga penyair global lainnya.

Tetapi saya sebagai penulis puisi-puisi pada Antologi Arutala memiliki kenangan sendiri, terutama di dalamnya  ada tiga penyair dunia dan satu kritikus sastra dari Indonesia.

Mereka adalah Dr. Bima Prana Chitra, SS, M.Hum (Kritikus jebolan USU Medan), penyair Rosa Maria Chiarello-Italia, penyair Williamsji Maveli-India dan penyair Seno8l Alcinkaya-Turki_ Instanbul.

Dari yang Romantis Arutala

Tidak jauh berbeda dengan puisi-puisi yang ada di Antologi Arutala dan Buku puisi Senja dan Gerimis, yang keduanya diterbitkan oleh Lampung Literature dan diberi catatan oleh dua Maestro penyair Lampung, Iswadi Pratama dan Ari Pahala Hutabarat untuk buku puisi Senja dan Gerimis.

Untuk kedua buku ini, Senja dan Gerimis juga Antologi Arutala meski di dalam puisi tidak membicarkan soal percintaan tubuh tapi setidaknya kisah-kisah romantis juga dapat mewakilinya.

Walau tidak selengkap percintaan tubuh yang sebenarnya, yang mungkin nanti akan jadi judul buku selanjutnya, yang berisikan kisan percintaan tubuh, juga kisah-kisah lainnya, seperti esay mini, cerpen mini dan monolog.

Saya menyukai puisi-puisi romantik sudah cukup lama dan itu sudah terbit sebelumnya dalam buku Mantra Sang Nabi 2016.

Barangkali, saya tak sebegitu romantis seperti puisi-puisi yang penuh dengan deretan bunga- bunga di dalamnya atau tubuh yang sengaja dibasahi hujan  atau gema ombak yang digema-gemakan, hingga sampai memecah konsentrasi pembacanya untuk menikmatinya.

Begitulah, kenapa saya menyukai untuk menulis puisi romantis, karena memang saya romantis. Karena puisi romantis yang saya tulis, penuh dengan kehidupan yang  berulang baik dari diri saya juga orang lain, dengan penuh berbagai konflik dan sebagainya.

Bagi saya, puisi romantik perlu juga dibaca jika tidak mau dikatakan wajib, karena dari puisi-puisi romantik itulah “barangkali” kita bisa pula merasakan pengalaman batin penyairnya atau pengalaman yang pernah kita alami meski bisa saja itu tidak benar.

Semua kita butuh perenungan, dan setidaknya puisi romantik itu bisa membuat kita bahagia, juga bisa membuat kita terluka.

Jadi nikmatilah puisi romantik selagi kita bisa dengan penuh kesadaran karena kita pun pernah menulisnya walau hanya satu larik sebagai diri kita, karena puisi romantik dan puisi lainnya merupakan anak ruhaninya penyair yang bermukim lama dalam hatinya.

Tabik.

Lampung-Indonesia, 2024