Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Kisah Batin Lelaki Tanpa Perempuan

March 25, 2025 14:27
IMG-20250325-WA0071

Jonminofri Nazir

Bacaan Usai Lebaran

HATIPENA.COMJika THR sudah habis, dan tak tahu lagi mau ngapain, saya sarankan membaca buku kumpulan cerpen yang saya review di bawah ini.

Buku kumpulan 7 cerpen karya Haruki Murakami ini berjudul “Lelaki-lelaki tanpa Perempuan.” Terimakasih kepada @amelia fitriani yang telah memberikan buku ini sebagai kado dan mengatakan,”Ini buku bagus.” Saya membacanya sampai habis. Beberapa judul saya baca dua kali.

Kisah Batin Lelaki Tanpa Perempuan

Tujuh judul cerpen di buku ini semuanya memikat. Pembaca terperangkap setelah membaca beberapa paragraf, mereka ingin tahu bagaimana cerita akhirnya. Sehingga kita ingin cepat khatam membaca sampai habis.

Ketika sudah selesai membaca satu cerita, Hariku Murakami memaksa kita berhenti sejenak untuk merenungkan kembali apa yang dia tulis, pesan apa yang disampaikan, dan mencoba menjawab hal-hal yang disembunyikan olehnya.

Begitu yang terjadi bila kita membaca satu judul cerpen di buku ini. Judul berikutnya pun begitu. Sampai halaman terakhir kumpulan cerpen Haruki ini. Banyak pertanyaan yang tidak terjawab. Untungnya, buku “Lelaki-lelaki tanpa Perempuan” (versi terjemahan) ini ditulis dengan baik. Mengalir. Kalimat sederhana. Mudah dipahami.

Ingat, yang mudah dipahami adalah kalimatnya. Tetapi gagasan satu cerpen tidak semudah itu memahamainya. Seperti ada mutiara terpendam di dalamnya. Perlu permenungan setiap kita sampai titik terakhir dari satu cerpen.

Setelah kita renungkan, memang ada bagian yang terasa hilang pada cerita. Pada tujuh cerpen ini seperti ada yang disembunyikan oleh Murakami. Dan dia membiarkan kita bertanya-tanya mengapa begitu dan apa yang terjadi dengan tokoh-tokohnya di cerpen ini?

Akhirnya kita menyadari bahwa Murakami tidak ingin menceritakan adegan per adegan secara lengkap seperti normalnya sebuah cerita, apalagi seperti sebuah peristiwa yang kita lihat sehari-hari. Narasinya seperti tidak tidak utuh.

Pesan kuat yang ingin disampaikan Murakami dalam satu buku ini adalah apa yang disebut cinta bagi seorang laki-laki? Dan apa arti cinta bagi seorang perempuan? Bagaimana para lelaki dalam tujuh cerpen ini menjalani kehidupan cintanya dengan perempuan yang dicintai? Dan, hampir di semua cerita, sang perempuan juga tidur dengan pria lain dengan cinta atau tanpa cinta.

Murakami mendefinisikan cinta melalui perilaku orang yang sedang jatuh cinta. Dan perilaku itu susah dilihat sebagai perilaku normal. Misalnya, seorang playboy terlatih, tiba-tiba kehilangan semangat hidup, dan membiarkan dirinya mati, setelah mengetahui perempuan yang dipacarinya kabur bersama pria lain.

Pada kisah lain, seorang pria yang saling jatuh pada teman cewek sekelas semasa SMP, ketika sama-sama berusia 14 tahun. Mereka bahagia sekali mengerat penghapus menjadi dua bagian karena si cowok lupa bawa penghapus.

Peristiwa yang tak terlupakan hingga mereka dewasa. Padahal mereka berpacaran selama 2 tahun, dan berpisah tak saling berkabar lagi. Setelah lama sekali (mungkin di atas 20 tahun) suami cewek ini –di cerpen namanya hanya ditulis M– menelpon pria mantan pacar istrinya tengah malam, dan mengabarkan bahwa M meninggal dunia karena bunuh diri.

Si pria tak habis pikir, bagaimana suami M tahu nomor teleponnya? Mereka tidak saling mengenal. Satu-satunya jawaban adalah si M banyak cerita pada suaminya tentang pacar masa SMP-nya ini. Dan, cinta M tidak pernah hilang pada pacar pertamanya ini.

Cerpen pertama berjudul Drive My Car. Ini cerita tentang seorang aktor yang tidak punya teman. Dia hanya bercerita pada supirnya, seorang perempuan yang berwajah buruk (menurut ibunya sendiri dan dikatakan berulang-ulang, sehingga dia lega ketika ibunya wafat).

Si Aktor bercerita, dia mencoba memahami mengapa istri yang dicintainya tidur dengan pria lain, sampai empat orang berbeda. Setelah istri meninggal karena kanker, si aktor mencoba menggali penyebabnya pada pria terakhir yang dikencani istrinya. Kebetulan mereka pernah bekerja bareng. Mereka ngopi bareng beberapa kali dalam enam bulan. Si Suami malah kaget, betapa si pria ini merasa kehilangan hebat karena pacar yang juga istri dari aktor ini wafat. Si aktor merasa gagal memahami apa sebenarnya yang dicari istrinya karena tidak ada pertengkaran serius selama mereka menikah.

Yesterday adalah judul cerpen berikutnya. Ini memang judul lagu milik The Beatles yang diambil oleh Hariku. Tokoh lelaki di sini, yang menggemari Yesterday, mempunyai kekasih yang dikenalnya sejak masih kanak-kanak, sampai remaja, hingga kini di masa dewasa. Kebersamaan mereka yang begitu panjang membuat keduanya saling menyayangi. Tetapi si pria berkata kepada temannya,”Saya menjadi tidak mau melihat Erika telanjang, seperti dia tidak mau melihat adiknya sendiri tanpa pakaian.” Ada rasa sayang yang mendalam, tetapi tidak ada cinta yang bergelora pada si cowok. Akhirnya, si cowok “menawarkan” Erika (nama pacarnya) kepada temannya tadi..

Tentu saja ini bukan serah terima barang. Erika adalah makhluk merdeka yang ikut menentukan nasibnya sendiri juga. Si teman ini malah menjadi tempat curhat Erika. Dia bercerita dengan ringan, bahwa dia mencintai pria yang dikenal sejak kecil tadi, tapi selama pacaran dia juga tidur dengan pria lain. Mereka saling mencintai tapi bukan cinta yang membuat hidup bergelora.

Cerpen yang lain, juga sangat menarik, berjudul “Organ Sendiri”, tentang Kitaro, dokter bedah plastik yang tidur dengan banyak perempuan. Perempuan itu adalah pasiennya. Para perempuan itu senang pada si dokter karena dia kaya, sukses, dan mungkin bagi mereka si dokter menebarkan pesona seks yang tinggi. Jadwal praktik, dan kencan dengan (banyak) perempuan itu, diatur oleh sekretarisnya, seorang laki-laki yang gemulai. Namun si dokter akhirnya jatuh cinta pada Keiko, seorang perempuan yang digambarkan tidak secantik, tidak sepintar, dan banyak kekurangan jika dibandingkan dengan pasien lain yang kencan dengan si dokter. Kitaro jadi berhenti ngeseks dengan perempuan lain, dan hanya fokus kepada Keiko.

Percintaan mereka menjadi rumit, Keiko meninggalkan suami dan keluarganya. Dia kabur dengan lelaki lain, yang tidak sehebat suami dan dokter bedah ini, dalam segala hal.

Kitaro menghilang setelah mengetahui bahwa pacarnya kabur dengan laki-laki lain. Dia terpukul sekali. Dia membiarkan klinik bedah plastiknya yang terkenal dan mempunyai reputasi tinggi terbengkalai. Dia tidak punya motivasi lagi merawat bisnis klinik itu, dan juga untuk hidup. Pelanggannya hilang satu per satu. Klinik akhirnya tutup.

Dokter bedah plastik yang melajang ini membiarkan dirinya berlapar-lapar Selma tiga bulan. Pembaca menyimpulkan bahwa “playboy” ini patah hati dan tidak bisa mengontrol dirinya, dan akhirnya mati.

Begitulah semua cerpen di buku ini. Menggambarkan lelaki yang kalah. Hidup dengan cinta yang rumit. Pengulangan cerita? Sangat tidak. Sebab, Hariku Murakami bercerita tentang kisah yang berbeda, karakter yang berbeda, usia yang berbeda. Tapi tetap tentang kesendirian lelaki yang malang, yang tidak menemukan cinta sejatinya, apapun definisi cinta yang diberikan kepada kata cinta itu.

Saya cenderung mengatakan bahwa Murakami tidak memberikan arti apa pun kepada kata “cinta”. Dia hanya mendeskripsikan apa dan bagaimana seorang pria berperilaku atau berfikir tentang perempuan yang dicintainya.

Dan dalam cerpen ini disebutkan bahwa perempuan yang dicintainya itu –dan kemudian menghilang atau si perempuan tidak cinta kepala lelaki itu– bukan perempuan yang sempurna. Si lelaki juga digambarkan bukan pria yang istimewa.

Murakami memang bercerita tentang lelaki Jepang dan perempuan Jepang. Namun bukan perihal aktivitas mereka dalam berinteraksi, melainkan dia merekam naik turunnya batin para pria karena dikendalikan cintanya (bukan mereka yang mengendalikan cinta). Cinta menjadi energi penggerak pikiran dan tubuh para lelaki (dan perempuan). Dan, bila cinta terganggu, fikiran dan tubuh si pria menjadi terganggu, dan pada beberapa kasus menghancurkan segalanya di luar tubuh.

Sejatinya ini adalah cerita yang universal bisa terjadi di mana saja. Ada unsur rumit. Namun, Murakami membungkusnya dengan kultur Jepang yang, sebagian besar masyarakatnya menganggap seks (persetubuhan) itu sebagai kebutuhan seperti makan. Selayaknya orang makan, dia bisa makan di mana saja, tidak harus di rumah.

Daya tarik utama cerpen Murakami bukan pada jalan cerita dan lika-liku si lelaki. Tetapi pada potret batin si lelaki yang ada pada tujuh cerpen ini, yang dikisahkan sudah tidak punya perempuan lagi walaupun punya istri.

Cerita batin lelaki ini dikisahkan dengan amat baik oleh Murakami. Drama cinta pada tujuh cerpen ini hanya bingkai untuk menggambarkan tentang batin si lelaki ketika jatuh cinta, atau kehilangan perempuan yang dicintainya tetapi tidak kehilangan cintanya. Dan inilah yang menyiksa lelaki itu.

Jadi bila dilihat dari segi batin lelaki yang menjadi tokoh cerita, cerpen ini sebenarnya selesai dengan tuntas. Tetapi, hikayat tokoh lain dalam lakon ini banyak misteri, hilang atau raib begitu saja, yang membuat kita bertanya-tanya bagaimana kisah mereka selanjutnya. Murakami berpikir hal itu bukan bagian yang penting dari cerpennya.

Dan inilah yang membuat buku ini harus dibaca dengan lahap: lelaki, cinta, dan kerumitan yang muncul kemudian. (*)