Malang, Hatipena – “Saya ingin manuskrip ini tetap menjadi pustaka, bukan sekadar koleksi semata”. Lulut Edi Santoso mengatakan hal ini pada acara ”Dari Malang, Merawat yang Terbuang”, di Ngariksa TV. Jumat, 24 Januari 2025.
Lulut Edi Santoso adalah kolektor benda-benda kuno termasuk manuskrip. Lebih dari 150 naskah berbahasa Jawa, Pegon, dan Latin tersimpan di rumahnya di Perumahan IKIP Asri Tegalgondo, Malang.
Lulut, begitu ia sering disapa, menyulap tempat tinggalnya menjadi Perpustakaan Sejarah dan Budaya. Mengoleksi benda antik adalah hobi yang sudah ia jalani sejak 2008, di samping tugas utamanya sebagai guru seni di SMA Negeri 3 Malang.
“Sebetulnya rugi, tapi eman kalau hilang. Motivasi saya sederhana, menjaga yang sudah ada agar tetap bermanfaat,” ungkapnya ketika ditanya alasan menjadi kolektor manuskrip.
Lulut rela berkorban, mengutamakan membeli naskah dibanding kebutuhan pribadi. Beberapa koleksinya telah didigitalisasi melalui Dreamsea. Ia juga tetap ingin mencetak file digital agar lebih aman.
Lulut menggelar pameran tanpa sponsor demi mengenalkan kekayaan budaya ini kepada masyarakat pada tahun 2018. Koleksi Lulut terbuka bagi mahasiswa dan peneliti dari berbagai daerah. “Banyak yang ingin melihat langsung karena membaca digital saja tak cukup,” pungkasnya.
Lulut berharap pemerintah memberi perhatian lebih, terutama dalam penyediaan fasilitas seperti rak dan alat pendukung. (Arsiya Oganara)