HATIPENA.COM – Bicara soal pemimpin maka kita akan membahas tentang model kepemimpinan mana yang efektif. Karena dalam tataran praktis ia akan menjadi rujukan dan teladan, yang berdampak bagi kehidupan orang banyak, terutama bangsa dan negara.
Inilah benang merah kegiatan bedah buku koleksi daerah oleh Dispusarsip Provinsi Sulawesi Selatan yang digelar di Ballroom Andalan Dispusarsip, Jalan Sultan Alauddin, Tala’salapang km 7, Makassar, Rabu, 20 Agustus 2025.
Diskusi buku ini dipandu oleh Rusdin Tompo, penulis, pegiat literasi dan Koordinator Perkumpulan Penulis Satupena Sulawesi Selatan.
Ada 2 buku yang dibahas. Buku pertama berjudul “Pemimpin Humanis Berintegritas” ditulis oleh Dr H Amiruddin A, S.Sos, M.Si dkk dengan editor Prof Dr Muhammad Jufri, M.Si, M.Psi, Psikolog.
Buku ini mendokumentasikan perjalanan kepemimpinan dan kiprah Prof Dr Zudan Arif Fakrulloh, SH, MH, selama menjadi Pj Gubernur Sulawesi Selatan, sejak 17 Mei 2024 hingga 7 Januari 2025.
Dr Muhammad Djajadi, S.Pd, M.Pd, widiyaswara pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Sulawesi Selatan tampil sebagai pembicara pertama. Sebagai tim penulis, Djajadi menceritakan proses penyusunan buku yang dikerjakan oleh masing-masing penulis berdasarkan sistematika yang disusun.
Dikatakan, buku ini mengupas tentang pemimpin yang efektif dan berkelanjutan. Juga pemimpin sebagai teladan moral dan akal sehat.
Selain itu, ada bagian terkait nilai-nilai Pancasila sebagai pilar kepemimpinan modern. Ada pula yang membahas seputar menjawab tantangan era digital: transformasi publik di tangan Prof Zudan.
Selain itu, ada bahasan tentang kepemimpinan sebagai inspirasi generasi muda. Ada pula bagian yang mengulas menuju pemerintahan berkeadilan. Serta tulisan tentang tantangan dan prospek pemimpin masa depan, dan bagian refleksi sebagai pemimpin.
“Buku ini diniatkan sebagai cendera mata untuk Prof Zudan di akhir masa jabatannya,” aku Djajadi.
Dr Asniar Khumas, S.Psi, M.Si, dosen Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM) mengeritik tampilan sampul buku yang dinilai tipikal orang pemerintahan. Soal judul juga mendapat masukan dari Ketua KAGAMA Sulawesi Selatan itu.
Menurutnya, judul “Pemimpin Humanis Berintegritas” itu biasa. Sebab sebagai manusia sudah pasti humanis. Asniar lantas mengusulkan agar judulnya menjadi “Pemimpin Transendental”.
Dia mengingatkan agar hati-hati memuji pimpinan, apalagi ketika masih menjabat. Sebagai penulis pun, katanya, perlu taro ada” taro gau. Yakni ungkapan dalam bahasa Bugis yang artinya satunya kata dengan perbuatan.
“Tradisi dan nilai kearifan lokal kita bisa memberi energi positif bagi kepempimpinan yang diemban,” imbuhnya.
Buku kedua berjudul “Pemimpin Alfa di Pemerintahan: Menginspirasi, Memimpin, Bertranformasi” karya Prof Dr Muhammad Jufri, M.Si, M.Psi, Psikolog, menghadirkan pembicara berbeda.
Istilah pemimpin alfa, yang jadi judul buku ini, merujuk pada individu yang punya posisi dominan dalam kelompok atau organisasi. Istilah ini berasal dari studi perilaku hewan, terutama pada mamalia sosial seperti serigala dan simpanse.
Dr Syamril, ST, M.Pd, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Kalla, mengaku membaca habis isi buku ini hanya dalam semalam. Ia kemudian memuji buku ini yang dinilai komprehensif. Karena tak hanya berupa teori tetapi juga menyertakan indikator pemimpin alfa bila itu diterapkan.
Pemimpin, paparnya, punya tugas utama menginspirasi, menyatukan, memotivasi dan mengeksekusi. Sehingga, ciri pemimpin itu cepat, tepat, bersahabat, dan bermartabat.
Menarik ketika Syamril mengutip puisi Udhin Palisuri, yang menggunakan metafora “ular” dan “ulat” untuk menggambarkan situasi dan kondisi kepemimpinan kita. Meski hanya berbeda huruf r dan t, tetapi yang terjadi luar biasa.
“Ular itu reformasi, sedangkan ulat itu revolusi. Sebab ular hanya mengganti kulit, sekadar ganti pemain. Perilakunya sama. Beda dengan ulat yang berubah wujud jadi kepompong,” terang Syamril. (*)