HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Komponis Ananda Sukarlan Bikin Tembang Puitik dari Puisi Karya Lasman Simanjuntak

October 10, 2025 17:49
IMG-20251010-WA0039

Jakarta, Hatipena – Saya selalu kagum dengan puisi karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak yang menjadi dokumentasi sejarah.Saat sejarah tidak bisa mendokumentasikan kenyataan, di situ sastra (dan seni pada umumnya-red) yang mencatatnya untuk anak cucu kita.

Demikian dikatakan oleh Komponis dan Pianis Ananda Sukarlan dalam wawancara khusus di Jakarta, Jumat pagi (10/10/2025), ketika diminta pendapatnya tentang beberapa karya puisi dari Penyair Pulo Lasman Simanjuntak yang telah diangkat menjadi tembang puitik (art song) dan digubah menjadi sebuah lagu menggunakan teknologi kecerdasan buatan.

” Dalam karya puisi Pulo Lasman Simanjuntak kadang metaforanya cukup sutil , kadang gamblang. Tetapi dari situ kita mengerti sejarah, bukan soal data tapi soal emosi,” ucap Ananda Sukarlan.

“Sama seperti waktu saya belajar soal perang Diponegoro, di sekolah saya tidak merasa nilai heroiknya. Saya hanya menghafal bahwa itu hanya 5 menit, yaitu tahun 1825-1830. Namun, begitu saya baca puisi karya Pujangga Besar Chairil Anwar, atau lukisan Raden Saleh, saya baru mengerti heroismenya. Dan, menggali lebih dalam soal Diponegoro,” katanya lagi.

Nah, dengan puisi Pulo Lasman Simanjuntak itu nantinya orang akan mengerti bagaimana situasi dan rasanya hidup di Indonesia tahun 2025 ini.

Menjawab pertanyaan dari lagu berjudul “Korupsi Di Negeri Telapak Kaki ” yang liriknya juga diangkat dari karya puisi Penyair Pulo Lasman Simanjuntak -merupakan proses kreatif dari Penyair Cirebon Wawan Hamzah Arfan- menurut Komponis Ananda Sukarlan bagus sekali.

Dan jelas sekali karakternya, yang proses kreatifnya memang berbeda dari proses kreatif tembang puitik atau art song.

Dalam musikalisasi, kata-kata bertransformasi menjadi melodi dan merealisasikan apa yang disebut sebagai hightened speech.

“Kalau saya bikin tembang puitik dari puisi itu (yang saya ingin buat sih-red), pasti karakternya akan sangat meledak-ledak di instrumen pendamping sang vokalis, karena saya akan mengekstrak emosi yang dipicu oleh teks puisi yang sangat eksplosif itu,” pungkasnya.

Berikut kutipan ;

Puisi

Pulo Lasman Simanjuntak

KORUPSI DI NEGERI TELAPAK KAKI

korupsi di negeri telapak kaki
sudah dibungkus
jadi kejahatan ekonomi

luar biasa
kerugian bangsa ini
membuntingi kemiskinan
menikam-
perut-perut busung lapar

meledak suara rakyat
di gedung-gedung parlemen
dan penjaga keamanan
tanpa seragam
tanpa senjata
dibakar amarah
gas air mata

penjarahan senantiasa
diiringi koor nyanyian
dibenturkan di media sosial

seratus triliun rupiah sepanjang tahun
seribu triliun rupiah sepanjang sepuluh tahun
dapat kenyangkan
anak-anak jalanan

kami, atas nama rakyat tertindas
masih setia bersedekah
di bawah terik matahari

tubuhnya dilindas
sampai tak.punya ibu jari
menghisap darah sendiri
untuk sepiring nasi
dan sepotong ikan asin

hanya itu
yang kami punya

Jakarta, Jumat, 5 Sept 2025

Kontributor : Lasman Simanjuntak