Oleh Anies Septivirawan
HATIPENA.COM – Langit malam di kota Jember berpendar taburan cahaya bintang-bintang. Angin dingin bulan September berkesiur, menyapa kulit. Menyapa kulit orang – orang yang lalu-lalang di tanah lapang, tempat digelarnya kegiatan seni budaya.
Pergelaran seni budaya di kota suwar-suwir itu bernama “RRI Fest 2025”. Acara yang akrab dengan rakyat itu “dibidani” oleh sebuah stasiun radio tertua di negeri ini, corongnya negara ini ketika pertama kali memproklamirkan kemerdekaannya sebagai negara yang berdaulat. Corong itu adalah Radio Republik Indonesia (RRI). Sebuah lembaga pemerintah di bidang penyiaran.
Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP-RRI) Jember, menggelar event bertajuk RRI Fest 2025 mengusung tema “Lebih Hijau Lebih Sehat Lebih Berdaya”. Agenda tahunan ini bertujuan untuk mendekatkan RRI dengan masyarakat melalui kegiatan budaya, edukasi, dan layanan publilk.
Acara ini berlangsung di lingkungan masyakat tepatnya di Lapangan RW 12 Kedawung Kidung, Kelurahan Gebang, Kecamatan Patrang, Selasa (9/9/2025) malam. RRI Fest bekerja sama dengan pemerintah daerah, komunitas, dan pelaku seni budaya lokal untuk membangun kebersamaan serta memperkuat peran RRI sebagai media publik.
Kepala LPP RRI Jember, Anak Agung Gde Ngurah mengatakan, RRI Fest 2025 sukses digelar, berkolaborasi dengan Pemkab Jember dan masyarakat dalam mewujudkan interaksi publik yang bermanfaat. Ribuan masyarakat hadir untuk menyaksikan pertunjukan seni budaya, hiburan, serta layanan masyarakat.
“RRI Fest 2025 ini untuk memperkuat sinergi budaya, lingkungan, dan masyarakat Jember. Saya bersyukur, acara ini menjadi magnet bagi ribuan penonton,” ucapnya, Rabu (10/9/2025).
Pria yang akrab disapa Ngurah ini mengemukakan, kegiatan RRI Fest 2025 mengusung kearifan lokal. Diawali dengan penanaman pohon pada 1 September 2025 bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jember, kegiatan donor darah dan seminar konservasi alam.
“Saat kegiatan seminar konservasi alam, kami baru tahu bahwa satu-satunya taman nasional di Jember adalah Meru Betiri. Kami juga melaksanakan jalan sehat, dan malam ini adalah puncak kegiatan RRI Fest 2025,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Panitia RRI Fest 2025, Luthfi Hadi mengaku bangga karena gelaran seni budaya, hiburan dan layanan masyarakat mendapatkan sambutan yang di luar ekspektasi, karena ribuan masyarakat hadir memadati lapangan di Kelurahan Gebang Kecamatan Patrang.
“Malam puncak RRII Fest kami sajikan kearifan lokal, keunikan yang ada di Jember, dengan melibatkan anak-anak hingga dewasa. Harapannya, seni budaya kita lebih dikenal lagi hingga ke kancah internasional,” bebernya.
Kegiatan RRI Fest 2025 ini lebih kepada mengedukasi masyarakat dari semua aspek. Utamanya aspek lingkungan yang menjadi isu sentral. Oleh karena itu, ada kegiatan penanaman pohon di lokasi pemancar RRI sebagai simbol kepedulian pelestarian lingkungan dan menggelar seminar konservasi alam, menyoroti Taman Nasional Meru Betiri di Jember.
Dan pada malam puncak RRI Fest 2025, itu juga menampilkan ragam budaya dengan penampilan seniman dan komunitas lokal di antaranya, performa Intan D’Academy 2, RRI All Star, Gus dan Ning Jember, Bintang Radio 2024, Musik Patrol Bekoh Kerreng, Can Macanan Kadduk, Tjokorda Anang dan Devi WLD, Tari Pesona Jawa Timur, Tari Ratuh Jarue dan Reog.
“Kami juga menikmati Bazar UMKM, cek kesehatan gratis, doorprize menarik, dan puncaknya ditutup dengan pesta kembang api,” imbuh Luthfi Hadi.
Sementara itu Camat Patrang, Ajib, mengapresiasi terselenggaranya RRI Fest 2025. Menurutnya, kegiatan ini penting untuk diselenggarakan dengan tujuan untuk mempertontonkan seni budaya lokal di tengah serangan budaya global.
“Anak-anak kita memang harus dikenalkan kepada tontonan seni budaya yang banyak ditampilkan dalam acara RRI Fest ini, di tengah gempuran budaya global yang bisa merusak generasi bangsa,” ungkapnya.
Dan ketika arus gempuran budaya global yang deras ini hadir tanpa diundang, semoga pesan – pesan moral yang terselip di sela – sela hiburan seni budaya lokal suguhan “RRI Fest 2025” akan merasuk ke dalam jiwa para generasi muda, menjelma menjadi benteng pelindung terakhir bagi mereka agar tidak mudah terpengaruh asupan yang negatif. (*)