Jil Kalaran
HATIPENA.COM – Program Bulanan BMS sempat terhenti 3 bulan. Pasalnya, Maret istirahat karena Ramadhan. Teman-teman ingin khusuk ibadahnya.
April Studio Kecil BMS direnovasi kecil seperti pengecatan serta memperbaiki atap yang bocor oleh pihak pengelola Balai Pemuda. Maklum urusan bocor ini sangat serius. Lha kalau datang hujan, ruangan bisa banjir.
Di samping itu, untuk mempercantik Studio Kecil ini teman-teman berinisiatif pula membenahi ruang pertunjukannya. Rig jadi lebih tinggi sehingga ruang terkesan lebih luas.
Baru pada Mei ini, tepatnya 12 Mei 2025, pukul 19.00 dimulai lagi program bulanan tersebut. Kali ini semua pertunjukan berasal dari internal BMS setelah latihan berbulan-bulan.

Ini merupakan pertunjukan dua lakon dalam satu ruang dan menjadi pertunjukan perdana bagi Bengkel Muda Surabaya setelah “bersamadi” agak lama. Apalagi munculnya teater anak-anak yang tak pernah tercatat dalam sejarah komunitas seni yang bermarkas di Kompleks Balai Pemuda Surabaya ini. Regenerasi memang sudah harus mulai berjalan di tubuh BMS. Terlambat? Tak ada kata terlambat dalam dunia kesenian.
Bawang Merah Bawang Putih
Pertama bakal tampil teater anak-anak binaan teman-teman BMS lewat lakon yang legendaris; Bawang Merah Bawang Putih. Dimainkan oleh lima orang anak perempuan; Silfia Azka Nayla Ulhaq (Nenek), Maryam Deandra Nur Azzahra (Ibu), Natasya Kanaya Thabita (Bawang Merah), Aisyah Ainaya Salsabila (Bawang Bombay) dan Thalita Ajeng Shifara Zaneta (Bawang Putih).
Awak panggung yang menemani pertunjukan ini diambil dari siswa-siswi SMKN 12 Surabaya seperti; Ninis Maulidyah, Abdoel Ghoni Chanafi, Roihan Syaiful Hidayat, Muhammad Naufal Asyyafa.
Uniknya, yang menggarap pertunjukan ini adalah ibu-ibu dari anak-anak itu, seperti Fitria Rochmawati (Sutradara) dan Vera Novita Sari (Astrada). Di belakang kedua ibu ini ada Amir Kiah, Dindy Indiyati dan Heroe Budiarto sebagai Supervisor.
Cerita rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih berasal dari daerah Melayu, khususnya berkembang di beberapa wilayah Indonesia seperti Riau, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Oleh sebab nilai moral dan pesan yang universal, kisah ini juga dikenal luas di berbagai wilayah Nusantara, termasuk di Jawa dan Bali. Seiring waktu, cerita ini menyebar dan menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia, diterima serta diceritakan oleh berbagai suku bangsa dengan beberapa variasi lokal.
Kisahnya mengenai dua orang gadis cantik kakak beradik yang memiliki sifat dan perangai sangat berbeda dan bahkan bertolak belakang serta seorang ibu tiri yang tidak adil dan pilih kasih.
Pesan moralnya adalah, pertama, mengajarkan bahwa kebaikan hati dan kesabaran selalu membawa hasil yang baik. Kedua, memberikan pelajaran bahwa keserakahan dan kejahatan tidak akan pernah membawa kebahagiaan.
Bawang Merah dan ibu tirinya menjadi contoh bagaimana sifat iri hati dan tamak akhirnya membawa kehancuran. Tentu saja kisah ini mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Nusantara, seperti pentingnya gotong-royong, kerendahan hati, dan keadilan.
Skolah Skandal
Naskah lakon kedua yang ditampilkan adalah Skolah Skandal karya Akhudiat yang setia pada teater tutur melalui konsep teater jalanan. Pertunjukan ini disutradarai oleh Heroe Budiarto.
Tentu saja pemainnya adalah para milenial, seperti Dela Anora Amelia (Wak Ayam Cawik), Renita Aulia Firdaus Daramsing (Mimin), Asti Rahayu (Yu Kasihani), Nabila Kusuma Bilqis (Ibu-ibu), Anisa Nurcahyani (Wak Girah Tamsil), Rakha Fauzan Rokhma Fathoni (Mr. Mamok Pethak), Rinov Anggara Suryamas (Dalang & Wakde Balong), M. Zainal Arifin (Alsiponsi), Athallah Syauqi Zuma (Bapak-Bapak & Kepala Kejaksaan). Awak panggung dikerjakan oleh siswa-siswi SMKN 12 Surabaya.
Skolah Skandal berkisah tentang skandal di peradilan, di mana orang berduit yang masuk bui bisa dengan mudah menghindari penjara. Hanya dengan 10 juta rupiah, Wak Ayam Cawik, lintah darat yang divonis bersalah oleh sebab menyelundupkan pupuk dari luar Jawa, bisa menukar dirinya dengan orang lain. Skolah Skandal merupakan gambaran sistem hukum yang buruk. (*)