Bandarlampung, Hatipena –
Guru boleh pandai setinggi tingginya, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah.
Ucapan sastrawan Pramoedya Ananta Toer itu, disampaikan praktisi pendidikan inklusi Erna Widyawati di hadapan ratusan peserta Seminar “Membangun Indonesia Melalui Tulisan” di Aula SD IT Baitul Jannah, Bandar Lampung, Rabu (17/12/24).
Seminar ini merupakan kerja sama dengan penerbit mayor Erlangga, yang konsen dengan dunia kependidikan.
Erna menjelaskan, menulis adalah bekerja untuk keabadian. Karena itu, sebagai pendidik, menulis adalah sebuah keharusan agar ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada anak-anak akan terus berkembang.
Program pemerintah tentang satu guru satu artikel, buku, karya ilmiah, jurnal, sudah seharusnya dilaksanakan. Namun harus diakui bahwa terdapat sejumlah kendala menulis, di antaranya, kemampuan menulis yang jauh dari harapan
ia menjelaskan, sulitnya mencari pelatihan kepenulisan yang bermanfaat serta kesempatan ikut pelatihan juga menjadi masalah.
Selain itu, katanya, faktor pendanaan yang minim, terbatasnya jatah guru peserta, dan gagap teknologi juga menyertai persoalan tersebut.
“Biasanya mak-mak ini, kalau mau keluar biaya untuk pelatihan, mendingan nyukupin untuk kebutuhan rumah dulu,” ujar penulis novel, yang konsen pada tema anak-anak istimewa itu.
Erna mengatakan, guru dahsyat guru menulis, merupakan program pelatihan kepenulisan bagi para pendidik yang bertujuan memberikan kemampuan mendokumentasikan dalam bentuk tulisan yang tidak terlepas dari menulis bahan ajar sekalipun.
Tujuannya, kata pemerhati anak disabilitas ini, yaitu untuk mengetahui jenis dan format buku yang sesuai profesi.
Selain itu, mampu merancang dan memiliki konsep penulisan yang tepat untuk bahan ajar sesuai dengan perkembangan dunia saat ini, papar.
Writerpreneur ini juga menjelaskan, guru harus mengawetkan setiap pengetahuan yang dimilikinya sebagai warisan untuk generasi masa depan. Karena itu, menulis adalah jalan satu-satunya untuk memberikan warisan tersebut.
Penggiat literasi itu juga merinci manfaat menulis. Secara psikologis, katanya, menulis dapat menumbuhkan kepuasan karena artikelnya dimuat di majalah, koran, media online dan lain sebagainya.
Manfaat sosiologisnya, menulis mampu mengedukasi masyarakat, melalui buku-buku, baik fiksi maupun nonfiksi.
“Dan tentu saja manfaat secara material menulis dapat menghasilkan uang,” ungkap Erna, yang sejak muda sudah mencari uang dari menulis.
Orang yang biasa menulis, kata Erna, dapat mengasah kecerdasan dan daya inisiatif
mengembangkan jenjang karir
Selain itu, menjadi media banding guru, sarana mengembangkan kecerdasan guru, serta mengembangkan daya ingat dan kreatifitas guru.
Peserta seminar yang berjumlah 100 orang lebih itu, adalah para guru SD IT Baitul Jannah. Mereka diharuskan menulis dan dicetak dalam bentuk buku.

Ketua Yayasan Turut Santoso mengatakan, jumlah muridnya sekitar 1.200 orang. Hingga saat ini, SD Baitul Jannah sudah menerbitkan 15 buku, yang ditulis oleh para guru.
Penerimaan murid baru sekolah dasar tahun ajaran baru, sudah mencapai 147 dari target 300 murid.
“Ini saja baru bulan Desember 2024. Insyaallah target penerimaan murid akan tercapai,” ujarnya.
Marketing Communication Penerbit Erlangga Thomas Dwi Aprian mengatakan, pihaknya sangat konsen dengan dunia pendidikan. Karena itu banyak buku yang dicetak sebagian besar untuk kebutuhan sekolah.
Namun Penerbit Erlangga juga menerbitkan buku populer, seperti cerita fiksi, baik novel, kumpulan cerpen, maupun buku lainnya.
“Kita juga berencana akan bekerja sama dengan komunitas penulis Satupena Lampung, terutama yang menyangkut di bidang pengembangan literasi,” pungkasnya. (Rizal Pandiya)