HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Kabar Fiksi yang Menyentuh

September 7, 2025 12:33
IMG-20250907-WA0037

-Besuk Imajiner Paul kepada Phil –

Oleh ReO Fiksiwan

HATIPENA.COM – Di sebuah kamar rumah sakit yang tenang di London, Paul McCartney tiba sambil membawa gitar tuanya—bukan untuk konser, melainkan untuk seorang teman.

Duduk di samping Phil Collins, yang sedang berjuang melawan masalah kesehatan serius, Paul mulai menyanyikan Hey Jude. Suaranya lembut, sarat emosi.

Saat akord terakhir memudar, Paul mendekat dan berbisik, “Kita tetap sebuah band, meskipun satu-satunya panggung hanyalah kehidupan.

Ruangan itu hening, hanya isak tangis yang terdengar. Ini bukan tentang ketenaran, melainkan tentang persaudaraan—ikatan yang diciptakan musik, dan tak pernah terhapus oleh waktu.“ — Dikutip dari laman FB Heartfelt Headlines.

Dalam lanskap musik dunia, nama Paul McCartney (83) dan Phil Collins (74) berdiri sebagai dua pilar agung yang membentuk jiwa dan suara abad ke-20 dan 21.

Keduanya lahir dari rahim Inggris, dari jalan-jalan London yang menyimpan gema revolusi musikal, dan tumbuh menjadi ikon lintas generasi yang tak hanya mengubah bunyi, tetapi juga cara manusia merasakan hidup.

Paul McCartney, vokalis dan bassist legendaris dari The Beatles, membawa dunia pada era baru lewat lagu-lagu seperti Hey Jude, Let It Be, Eleoner Rigby, dan Yesterday—lagu-lagu yang bukan hanya populer, tetapi menjadi doa kolektif umat manusia dalam menghadapi cinta, kehilangan, dan harapan.

Sementara Phil Collins, vokalis dan drummer Genesis, menyalurkan energi spiritual lewat Firth of Fifth, Selling England by the Pound, dan karya solonya seperti In the Air Tonight dan Mama, yang menyentuh lapisan terdalam emosi manusia.

Ketika kabar tentang kondisi kesehatan Phil Collins beredar—terbaring lemah di rumah sakit London akibat komplikasi spinal dan pemulihan pasca operasi—dunia musik seakan menahan napas.

Dalam momen yang menyentuh, beredar kisah bahwa Paul McCartney membesuk sahabat semusiknya itu, membawa gitar dan menyanyikan Hey Jude di sisi ranjangnya.

Meski kabar ini kemudian dikonfirmasi sebagai tidak benar dan berasal dari unggahan sentimental yang viral di media sosial, narasi tersebut tetap menggugah karena menyuarakan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar fakta: ia mencerminkan kerinduan kolektif akan solidaritas, cinta, dan spiritualitas di antara para seniman besar.

Paul dan Phil bukan hanya musisi, mereka adalah penjaga jiwa zaman.

Mereka telah melewati dekade-dekade penuh gejolak, dari era flower power hingga digital streaming, dari panggung stadion hingga ruang sunyi studio rekaman.

Dalam setiap nada yang mereka ciptakan, tersimpan fragmen kemanusiaan yang universal—kesedihan, kerinduan, kemarahan, dan cinta.

Mereka adalah bukti bahwa musik bukan sekadar hiburan, tetapi medium spiritual yang menyatukan manusia lintas bahasa dan budaya.

Dalam perspektif humanisme, pertemuan imajiner antara McCartney dan Collins di ruang rumah sakit menjadi simbol dari sesuatu yang lebih besar: bahwa di balik ketenaran dan pencapaian, para seniman tetap manusia yang saling menjaga, saling menguatkan, dan saling mengingatkan bahwa hidup adalah perjalanan yang rapuh namun bermakna.

Di tengah dunia yang semakin terfragmentasi dan tergerus notifikasi, like, share, subscribe digitalisme, kisah seperti ini—meski fiktif—menjadi pengingat bahwa solidaritas dan kasih sayang adalah nada paling murni dalam simfoni kehidupan.

Paul McCartney dan Phil Collins telah menulis bab-bab penting dalam sejarah musik dunia.

Namun lebih dari itu, mereka telah mengajarkan bahwa menjadi seniman berarti menjadi pelayan jiwa manusia.

Dan dalam setiap lagu yang mereka tinggalkan, dunia menemukan cermin untuk melihat dirinya sendiri—dalam kesendirian, dalam harapan, dan dalam cinta yang tak pernah usang. (*)

coverlagu: Lagu “Follow You Follow Me” dari band Genesis, dengan vokal utama oleh Phil Collins, dirilis pada 24 Februari 1978 sebagai bagian dari album studio mereka yang ke-9 berjudul …And Then There Were Three….

Lagu ini menandai pergeseran gaya Genesis dari progresif rock menuju arah yang lebih pop dan radio-friendly.

Ditulis bersama oleh Tony Banks, Mike Rutherford, dan Phil Collins, lagu ini menjadi hit internasional pertama Genesis, menembus Top 10 di Inggris dan Top 40 di Amerika Serikat.

“Follow You Follow Me” juga menjadi simbol transisi era Genesis, di mana Phil Collins mulai mengambil peran vokal utama setelah kepergian Peter Gabriel dan Steve Hackett, membuka jalan bagi fase baru dalam sejarah band yang lebih melodius dan introspektif.