Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Winter Memories With Shelley

March 13, 2025 05:56
IMG-20250312-WA0156

Edy Samudra Kertagama

My beloved let me hug you, because my embrace is sweeter than honey.

My beloved, through these hands, with my ignorance I really want to trace your body like the Jordan River, then in a hurry I try to pick up the yellow flowers that fall from the branches of your body, even though at that time many memories emerged with a thousand question marks “if the enchanting night is always swayed by the wind gently like the slender fingers you put on my lips”.

My beloved, in my dance party and love sickness, let Pablo make it a song that is sweeter than the whispers of flowers, then the traveler William records the pilgrimage of the sky about a cloud that cannot wait, if Paz always misses the fragrance of your body.

In another voice, let Shelley your love be lost for a while, tearing up the barren fields until nothing is left but a winter feast at the most sacred altar.

Lampung, 2025

……..

Edy Samudra Kertagama
Kenangan Musim Dingin Bersama Shelley

Kekasihku biarkan aku memelukmu, karena pelukanku lebih manis dari madu.

Kekasihku, melalui tangan ini, dengan ketidaktahuanku ingin sekali kusulusuri tubuhmu seperti sungai Yordan, kemudian dengan tergesa-gesa aku coba memunguti bunga-bunga yellow yang jatuh dari ranting tubuhmu, meski saat itu banyak bermunculan kenangan dengan seribu tanda tanya “jika malam mempesona selalu digoyang-goyangkan angin dengan lembut seperti lentik jarimu yang kau letakkan di bibirku”.

Kekasihku, dalam pesta dansa dan mabuk cintaku, biarlah Pablo menjadikannya sebuah lagu yang lebih manis dari bisikan bunga-bunga, lalu pengembara William mencatat ziarah langit tentang segumpal awan yang tak bisa menunggu, jika Paz selalu rindu akan harum tubuhmu.

Dalam suara lain, biarlah Shelley cintamu itu hilang sementara, mengobrak-abrik ladang gersang sampai tak ada lagi yang disisakan kecuali pesta musim dingin di altar paling suci. (*)

Lampung, 2025