anto narasoma
1.
affan, affan..!
suara keprihatinan itu
menyalak dari busana hijau yang tersuruk ke aspal
bukan hanya darah
tapi ketakutan itu
bersimbah ke dalam teriakan orang-orang yang terbakar kemarahan
dalam aksi demo
yang merencah ketidakpedulian orang-orang di DPR, kematianmu berkibar
di udara bebas
seperti bendera,
merahmu berceceran bersama teriakan kemarahan atas keserakahan wakil rakyat
2.
maka,
kau seperti debu
yang bertebar dalam gemuruh kemarahan dari ribuan kepala
dari kobaran api demo,
kau tumbang dilindas suasana. doa-doa dan harapan ibumu yang mencair lewat air mata pun, terjajar di aspal
kau bagai serpihan debu
ketika sosokmu rebah
digilas keangkuhan, setelah kendaraan strategi pun menjelma tangan-tangan pencabut kehidupanmu
3.
nyawa tak mampu berteriak ketika roda-roda strategi melumat kehadiranmu
yang papah di tanahmu sendiri
cuaca memang kejam
karena paket kematian singgah setelah kau terseok-seok dalam taburan nasi pesanan yang lupa nyawamu
lalu,
kapan hak-hakmu
menjadi raja di antara suara-suara rakyat
yang tertatih dibebani pajak kemiskinanmu, affan? (*)
Palembang, 11 September 2025