Puisi Anto Narasoma
jangan Kau buka wajahku dari kekerdilan yang melayang setinggi awang-awang
sebab,
segala kata yang kuucap hanya serpihan hawa busuk, keluar dari lubang toilet sebuncit perutku
dari kesadaran yang kututupi, selendang merah itu menyimpan ampas makanan sebusuk caci maki
dan cairan kemih
di dalam darahku
jika sikap ini berdiri angkuh di pentas kehidupan, maka itulah kekerdilan yang menjalankan skenario kemunafikan
dalam pita seloluid sepanjang cerita dalam tayangan sehari-hari,
aku tutupi wajahku dengan kain merah yang tergambar seluas dinding kamarku
kemana aku mengadu
ketika kebesaran-Mu menginjak-injak keangkuhan setelah
los angeles menjadi serpihan kertas yang terbakar keangkuhan?
Palembang, 16 Januari 2025