Puisi L K Ara
Malam berbisik di ujung langit,
bulan melayang dalam kelam,
kau berdiri di tepi waktu,
menyimpan sunyi dalam genggaman.
Air wudu masih berkilau,
menyentuh kening yang tertunduk,
tasbihmu lirih mengalun pelan,
seperti angin menari di pucuk.
Di kaki Bur Mesir yang sunyi,
kolam kecil pun terharu,
menyaksikan cahaya di wajahmu,
seperti fajar yang malu-malu.
Ombak Laut Tawar menggumam pilu,
menyampaikan salam dari seberang,
dalam tatapmu yang teduh itu,
kutemukan rindu yang tak terang.
Aku melangkah mendekat perlahan,
namun kau tetap dalam diam,
seolah dunia telah tenggelam,
hanya doa yang masih bertahan.
Maka biarlah malam menjadi saksi,
pada kisah yang tak terucap,
tentang dua jiwa yang bertemu,
dalam kilau wudu yang tak lenyap. (*)
Kalanareh, 2024