anto narasoma
1)
kang acil,
seperti bait terakhir
napasmu terbang
memburu kata-kata
ke dalam syair lagu
yang menyenandungkan
suasana sepi dan pedih
sebab,
dari perjalanan irama
yang begitu panjang,
nada-nadamu mencelotehkan syair
ketika menjelma dari balik sajadah panjang
di akhir pentas perjalananmu yang teduh
dari balik layar itulah suara-suara musik
yang bersenandung
dari waktu ke waktu,
telah membawa nasihat
sebelum senar gitarmu putus ketika pergelaran itu membawa usiamu yang rapuh
2)
dari syair-syair lagu
yang tak pernah putus,
banyak pertanyaan
berkelindan ke dalam waktu
sebab,
suara bariton yang berat dan dalam, begitu lirih
setelah segenap interupsi tiada henti menyebut-nyebut batas pertemuan kita
dari balik senyum terakhir yang mengalun tenang dalam kenangan,
tembang sendiri begitu khusuk membicarakan siapa aku ketika tenggelam dalam keakuan yang aku
3)
pada akhirnya,
nasihat hidup
menyisakan kesendirian
antara kau, Dia, dan diriku sendiri
kepada siapa
syair lagu dan nada-nada
yang tak pernah putus itu menjadi pertanyaan anak kepada bapaknya?
sebab,
bukan sekadar lagu
tatkala perpaduan yang kau sisipkan ke lirik cinta itu menjadi nasihat
hingga keningmu menyentuh serpihan tanah terakhir dari balik ajalmu yang tumbang (*)
Palembang, 3 September 2025