Puisi Muhammad Ishak Fahmi
Ibu adalah bundo, pelangi yang merona,
Melintasi rimba dengan nyala asa.
Langkahnya lirih bagai desir masa,
Tempat luka tersembunyi dalam doa.
Tatapnya embun yang lembut menyapa,
Menyentuh daun, damainya meresap.
Melihatnya, surga hadir perlahan,
Fajar datang, pelukannya abadi dalam hati.
Cintanya lentera di malam kelam,
Menenangkan resah yang mengguncang dalam diam.
Belaian tangannya, seperti angin malam,
Membelai lembut, mengusir segala hal yang kelam.
Kesedihannya hujan yang tak berhenti,
Rindu yang meresap, tak terhapuskan.
Saat air mata membasahi pipinya,
Hatiku terhenti, segala terasa kosong.
Aku ingat masa kecil di pangkuannya,
Tawanya mengisi malam, penuh cerita.
Dentang tawa laksana lonceng yang berdenting,
Menerangi ruang yang sunyi, mengusir sepi.
Namun kini, ia bagai bayangan senja,
Menghampiri perlahan, lantas memudar.
Aku takut, jika langkahnya pergi,
Jika suaranya hilang, waktu mencuri.
Dalam ketidakpastian, aku rajut doa,
Mungkin esok menyapa dengan pelukan hangat.
Semoga peluknya tak pernah hilang,
Menangis duka, mengusir semua derita.
Ibu adalah bundoku, pelita di tengah malam,
Memberi kehidupan di jalanan yang terjal.
Meski waktu berlalu, kasihnya tetap utuh,
Cahayanya abadi, menembus gelap hati yang tak goyah.
Padang, 22 Desember 2024.