Ilustrasi : Rizal Tanjung
Penulis : Rizal Tanjung
di ladang luas bernama demokrasi,
para petani menanam janji, bukan padi.
mereka menyiram dengan air mata rakyat,
lalu memanen dusta yang siap dijual di pasar mimpi.
para pencuri memakai jas dan dasi,
berpidato tentang keadilan dari atas panggung ilusi.
mereka menyusun undang-undang dari bayang-bayang,
mengukir hukum yang tajam ke bawah, tumpul ke atas awan.
di langit, burung gagak menyanyikan lagu kebangsaan,
sementara burung merpati terkurung dalam kandang berlabel kebebasan.
kotak suara menjadi peti mati harapan,
diisi kertas-kertas yang sudah dituliskan sebelum tangan rakyat menyentuhnya.
pemimpin lahir dari rahim modal,
ditempa dalam kawah para konglomerat.
mereka bukan berjalan, tapi diarak,
bukan berbicara, tapi dikendalikan suara di belakang layar.
di bawah pohon kering bernama aspirasi,
rakyat berkumpul mengajukan petisi,
tapi angin membawa suara mereka ke jurang sunyi,
dimakan oleh kabut yang bernama birokrasi.
di ladang fatamorgana ini,
kita diajarkan bahwa kita berkuasa,
tapi hanya sebatas memilih siapa yang akan menipu kita selanjutnya. (*)
Padang, 9 Februari 2025