Puisi Leni Marlina
“Doa dan Langit yang Tak Bisa Dibeli”: Kumpulan Puisi Leni Marlina (PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA)
/1/
Kami dilahirkan dengan tangan yang menengadah,
tapi dunia mengajarkan kami untuk mengepal,
menggenggam, merampas,
menjadikan doa sebagai mata uang yang diperdagangkan.
Kami menulis takdir dengan jari yang patah,
membangun istana dari debu yang ditinggalkan badai,
mengukir mimpi di atas jalan yang penuh bekas tapak luka.
Kami mendengar Tuhan berbicara,
tapi suara-Nya tenggelam di antara gemuruh mesin
dan teriakan harga yang tak pernah turun.
Ya Allah,
jika Engkau ingin kami percaya,
berilah kami langit yang tak bisa dibeli,
berilah kami cahaya yang tak bisa dimonopoli,
beri kami suara-Mu yang tak teredam iklan-iklan kosong.
Jika Engkau ingin kami meragukan,
jadikan ragu ini bukan penjara,
tapi tangga menuju pemahaman,
jadikan kejatuhan kami bukan penghukuman,
tapi panggilan untuk berdiri lebih tegak.
Dan jika akhirnya tangan kami tak lagi percaya pada langit,
jadikan jemari kami akar yang tumbuh ke bumi,
menjadi pohon yang berbuah jawaban,
menjadi ranting yang menulis puisi,
menjadi akar yang menembus kebenaran
tanpa harus bertanya lagi.
Padang, Sumbar, 2013
/2/
Halaman yang Tak Bisa Dikoyak Waktu
Puisi oleh Leni Marlina
[PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA]
Kami laksana aksara yang lahir tanpa kertas,
huruf-huruf yang digoreskan di udara
lalu dilupakan oleh angin yang terlalu sibuk menggiring debu.
Kami berjalan di kota-kota yang tak memiliki alamat,
mengetuk pintu-pintu yang hanya ilusi,
menghitung detik yang tidak pernah diberi nama.
Apakah dunia ini benar-benar nyata
atau hanya coretan yang salah baca?
Ya Allah,
jika Engkau ingin kami terbaca,
berilah kami halaman yang tak bisa dikoyak oleh waktu,
berilah kami tinta yang tak luntur oleh air mata.
Jika Engkau ingin kami pudar,
jadikanlah kehilangan ini sesuatu yang lebih tajam dari ingatan,
jadikanlah tubuh kami prasasti yang hanya bisa dibaca oleh jiwa-jiwa yang haus makna.
Dan jika akhirnya kami harus lenyap tanpa pernah dikenali,
jadikanlah kehampaan kami bayangan yang tak pernah absen,
bisikan yang tetap tinggal di telinga sejarah,
jejak yang tak bisa dihapus oleh langkah-langkah yang datang kemudian.
Padang, Sumbar, 2013
/3/
Diam yang Lebih Tajam dari Pedang
Puisi oleh Leni Marlina
[PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA]
Kami duduk di atas suara-suara yang telah mati,
mendengar gema yang tak punya sumber,
melihat kata-kata menguap seperti nafas di udara dingin.
Ya Allah,
jika Engkau ingin kami berbicara,
berikanlah kami suara yang tak hanya didengar,
tapi juga dipahami.
Jika Engkau ingin kami diam,
jadikanlah diam ini lebih tajam dari pedang,
lebih nyaring dari gelegar petir,
lebih mengguncang dari gempa.
Dan jika akhirnya kami harus menjadi keheningan itu sendiri,
jadikanlah kami yang berdarah,
agar dunia tahu bahwa diam pun bisa terluka,
bahwa sunyi pun bisa berteriak.
Padang, Sumbar, 2013
/4/
Senja yang Tak Terburu
Puisi oleh Leni Marlina
[PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA]
Kami melihat matahari melingkarkan lengannya
di leher malam yang dingin,
menyentuh gelap dengan cahaya yang pudar,
seperti lilin yang tahu ia tak akan bertahan.
Ya Allah,
jika Engkau ingin kami menyala,
berilah kami api yang tak membakar,
tapi menghangatkan.
Jika Engkau ingin kami redup,
jadikanlah kami senja yang tak terburu,
yang tak gentar ketika akhirnya harus lenyap.
Dan jika akhirnya kami harus menjadi malam itu sendiri,
jadikanlah kami yang dipeluk matahari,
bukan yang ditinggalkan tanpa cahaya,
bukan yang hanya menjadi ruang kosong
tanpa bintang, tanpa arah, tanpa Engkau.
Wahai Tuhan kami,
kami mohonkan petunjuk dan perlindungan-Mu dari kejamnya dunia,
sebelum kami sampai di alam baka,
sebelum hari akhirat nyata datang adanya.
Padang, Sumbar, 2013
/5/
Kehilangan yang Menjadi Jalan Pulang
Puisi Leni Marlina
[PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen IC, Satu Pena Sumbar, Kreator Era AI, FSM, ACC SHILA]
Kami bagaikan mereka memakan bayangan sendiri,
mengunyah gelap yang melekat di kaki,
menelan nama-nama yang kami lupa milik siapa.
Kami menatap cermin yang tak memantulkan siapa pun,
menyalakan lilin di ruangan tanpa dinding,
berjalan di lorong yang ujungnya bukan cahaya—
tapi diri kami sendiri yang tak lagi mengenal siapa kami.
Ya Allah,
jika Engkau ingin kami mengenali diri kami,
berilah kami wajah yang tak tertutup kabut,
berilah kami mata yang tak ditukar dengan koin peradaban.
Jika Engkau ingin kami kehilangan diri,
jadikanlah kehilangan ini jalan pulang,
jadikanlah kehampaan ini pintu masuk,
bukan sekadar jurang tanpa ujung.
Dan jika akhirnya kami harus memakan sisa-sisa keberadaan kami sendiri,
jadikanlah lapar ini awal penciptaan baru,
jadikanlah kosong ini rahim yang melahirkan kehidupan,
jadikan diri kami yang terakhir—manusia pertama yang lahir kembali dengan iman di dada selamanya. (*)
Padang, Sumbar, 2013
Kumpulan puisi berjudul “Doa dan Langit yang Tak Bisa Dibeli” di atas, yang terdiri dari puisi No. 1–5, awalnya ditulis bersama sejumlah kumpulan puisi sejenis secara bilingual (Inggris-Indonesia) oleh Leni Marlina pada tahun 2013, murni sebagai hobi pribadi dan koleksi pribadi. Saat itu, ia baru saja menyelesaikan program Master of Writing and Literature (dengan fokus pada Kajian Sastra, Penulisan Kreatif, dan Sastra Anak) di Australia, dengan dukungan beasiswa dari pemerintah Indonesia. Bertahun-tahun kemudian, puisi-puisi ini ditinjau kembali, direvisi, tapi belum pernah dipublikasikan dimanapun. Untuk pertama kalinya, kelima puisi dalam kumpulan puisi di atas dipublikasikan secara online tahun 2025. Puisi lainnya yang sejenis yang ditulis pada tahun yang sama, direncanakan akan dipublikasikan secara bertahap sepanjang tahun 2025.
Leni Marlina aktif terlibat dalam dunia kepenulisan dan sastra, khususnya sebagai anggota Komuitas Penulis Indonesia (SATU PENA, cabang Sumatera Barat) sejak didirikan pada tahun 2022, serta sebagai bagian dari Komunitas Kreator Indonesia Era AI. Ia juga merupakan anggota Komunitas Penyair dan Penulis Sastra Internasional (ACC) di Shanghai, dan pada tahun 2024, ia dianugerahi peran sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association. Perjalanannya di dunia sastra mencakup keterlibatan sebelumnya dengan Victorian Writers Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia dengan penuh dedikasi mengajar sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Di luar bidang akademik dan sastra, Leni juga mendirikan dan memimpin sejumlah komunitas sosial-digital yang berfokus pada bahasa sastra, literasi pendidikan, dan pemberdayaan sosial. Komunitas-komunitas tersebut meliputi:
✨ 1. World Children’s Literature Community (WCLC) – https://shorturl.at/acFv1
✨ 2. Poetry-Pen International Community – Wadah bagi ekspresi puisi global
✨ 3. PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat) – Komunitas Puisi Inspirasi Masyarakat Indonesia. https://shorturl.at/2eTSB; https://shorturl.at/tHjRI
✨ 4. Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia) – https://rb.gy/5c1b02
✨ 5. Linguistic Talk Community – Ruang diskusi mendalam tentang bahasa
✨ 6. Literature Talk Community – Wadah bagi para pecinta sastra
✨ 7. Translation Practice Community – Menjembatani bahasa melalui penerjemahan
✨ 8. English Language Learning, Literacy, and Literary Community (EL4C) – Mendukung perkembangan bahasa dan literasi
Leni Marlina aktif terlibat dalam dunia kepenulisan dan sastra, khususnya sebagai anggota Komuitas Penulis Indonesia (SATU PENA, cabang Sumatera Barat) sejak didirikan pada tahun 2022, serta sebagai bagian dari Komunitas Kreator Indonesia Era AI. Ia juga merupakan anggota Komunitas Penyair dan Penulis Sastra Internasional (ACC) di Shanghai, dan pada tahun 2024, ia dianugerahi peran sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association. Perjalanannya di dunia sastra mencakup keterlibatan sebelumnya dengan Victorian Writers Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia dengan penuh dedikasi mengajar sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Di luar bidang akademik dan sastra, Leni juga mendirikan dan memimpin sejumlah komunitas sosial-digital yang berfokus pada bahasa sastra, literasi pendidikan, dan pemberdayaan sosial. Komunitas-komunitas tersebut meliputi:
✨ 1. World Children’s Literature Community (WCLC) – https://shorturl.at/acFv1
✨ 2. Poetry-Pen International Community – Wadah bagi ekspresi puisi global
✨ 3. PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat) – Komunitas Puisi Inspirasi Masyarakat Indonesia. https://shorturl.at/2eTSB; https://shorturl.at/tHjRI
✨ 4. Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia) – https://rb.gy/5c1b02
✨ 5. Linguistic Talk Community – Ruang diskusi mendalam tentang bahasa
✨ 6. Literature Talk Community – Wadah bagi para pecinta sastra
✨ 7. Translation Practice Community – Menjembatani bahasa melalui penerjemahan
✨ 8. English Language Learning, Literacy, and Literary Community (EL4C) – Mendukung perkembangan bahasa dan literasi