L K Ara
Kami akan pulang,
meski rumah telah menjadi puing,
meski jalan penuh duri,
meski angin membawa nyanyian duka.
Di antara reruntuhan,
matahari tetap terbit,
azan masih menggema,
mengingatkan bahwa Gaza
bukan sekadar tanah,
melainkan jiwa yang tak bisa dihancurkan.
Ibu-ibu menanam pohon zaitun,
doanya mengalir seperti sungai.
Anak-anak bermain di puing-puing,
mimpi mereka terbang mencari bintang.
Di malam yang sunyi, azan berkumandang,
memanggil jiwa untuk bersujud.
Kami akan pulang,
menepati janji pada tanah,
pada angin,
pada darah yang tertumpah.
Dan saat kami tiba,
tak ada air mata,
hanya kenangan yang kami sulam kembali
dari pecahan bata dan abu yang masih hangat.
Anak-anak kami akan berlari lagi,
mengejar burung di langit,
menanam pohon zaitun
di tanah yang pernah basah oleh darah.
Kami membangun bukan hanya rumah,
tapi harapan yang tak pernah mati.
Gaza, kami pulang.
Dunia mungkin ingin melupakanmu,
tapi kami akan mengingatmu selamanya.
Meski mereka berusaha menghapus jejak kami,
kami tetap ada,
seperti doa yang tak pernah hilang
dalam tiap sujud kami.
Kalanareh, 29 Januari 2025
