Anasri A. Muhammad Abduh
DI BAWAH lampu redup kota,
Ia duduk bersila tanpa upah,
Mengeja huruf demi huruf suci,
Sabar mengajar anak-anak sepi.
Tangan muridnya tengadah ke atas
berharap kasih pada setiap kereta yang lewat
Bukan karena mereka malas,
tapi karena hidup tak bisa menjanjikan apa-apa
Ia hadir mengajarkan iman di tengah debu dan asap kota
pada bocah-bocah kecil yg tak bersepatu.
Trotoar bukan tempat suci,
Namun di sanalah ia tumbuhkan cahaya,
Ia nyalakan lilin kecil, redup.
namu tak pernah padam meski angin bertiup kencang
Hati dan lisannya berbisik lantang pada dada murid-muridnya
Santunlah pada setiap insan, dan lawanlah nasib yang sunyi ini.
Terima Kasih Guru Ngajiku.
Guru Ngajiku di Lorong Pinggiran Kota
Anasri A. Muhammad Abduh
DENGAN tegar, ia duduk berteduh langit,
Beralas tikar dan sajadah Panjang penuh harapan,
Ia dekapkan al-Qur’an di dadanya, hati penuh niat suci,
Membimbing anak lorong, tak kenal upah dan waktu.
Surya telah tenggelam beberapa waktu lalu
namun itu bukanlah halangan,
Anak-anak Lorong itu duduk dengan cinta penuh harapan,
Dari mulut mereka, kalimat-kalimat suci terucap,
diiringi suara angin malam yang deras menyapu senyap.
Guru itu tak memakai jubah,
Hatinya tabah, sarung jiwanya pun bersih,
Bersih dari iming-iming dunia.
Tulus mengajarkan iman dan siri’ dalam qalbu anak-anak pelangi
Siapa peduli pada lelaki paruh baya itu?
Yang tiap pagi dan malam mengukir cahaya tanpa keluh,
Tapi Alloh, tak pernah alpa
Ia merekam amalnya dalam rahmat yang maha luas. (*)
Biodata: Penulis adalah guru dan pustakawan Universitas Hasanuddin. Lahir di Makassar, 29 Agustus 1975.
Pendidikan:
D3 Ilmu Perpustakaan, Unhas 1998
S-1 Ilmu Komunikasi, Unhas 2005
S-2 English Language Studies, Unhas 2023
S-3 English Language Studes, (ongoing, 2024)
No.WhatsApp & HP: 085299148566 / 082379999916