Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Ia yang Menanam Peradaban

February 28, 2025 15:42
IMG_20250228_154042

Ilustrasi : Meta AI/ Mitha Pisano
Oleh: Wahyu Iryana

Bapak Rektor itu romantis,
memandang kampus seperti puisi,
membacanya dengan hati,
menghafalnya dalam sunyi.

Ia melankolis,
bukan karena luka,
tetapi karena rindu pada masa depan
yang belum tiba,
pada mahasiswa yang kini berjalan terburu,
tetapi kelak akan mengenang jalannya perlahan.

Ia berprestasi,
bukan sekadar angka,
bukan sekadar piagam di dinding kaca,
tetapi pada pohon-pohon yang ia tanam
dan kelak akan disebut hutan ilmu,
pada langkah-langkah kecil yang ia ayunkan
dan kelak akan menjadi jalan peradaban.

Bapak Rektor itu romantis,
ia melihat bangunan bukan sekadar batu,
tetapi rumah bagi mimpi-mimpi yang belum terwujud.
Ia mendengar suara angin di halaman kampus
seperti bisikan para pendahulu,
mengingatkannya bahwa peradaban adalah tentang warisan,
tentang memastikan api tetap menyala,
bukan membakar, tetapi menerangi.

Ia melankolis,
menatap mahasiswa seperti menatap benih yang tumbuh,
dengan harapan,
dengan kesabaran,
dengan doa yang ia tanam di sela-sela waktu.

Ia berprestasi,
karena yang ia bangun tak hanya bangunan,
tetapi harapan.
Tak hanya gelar,
tetapi makna.
Tak hanya nama,
tetapi sejarah.

Maka ia berjalan pelan,
menyusuri koridor,
bukan untuk dikenang,
tetapi untuk memastikan
bahwa setiap langkahnya akan terus diperhitungkan waktu,
bahwa setiap jejaknya kelak akan menjadi saksi,
bahwa ia pernah menanam peradaban
dengan cara yang paling sunyi. (*)

*) Penyair dari Tanah Parahyangan, Tanah yang Diciptakan Tuhan Ketika Tersenyum.