Ilustrasi : Meta AI/Mitha Pisano
Puisi Mitha Pisano
Kau menatapku dari jauh,
menafsirkan langkah kakiku seakan-akan kau tahu, dan
menyimpulkan cerita yang tak pernah kau alami,
menilai luka yang tak pernah kau rasakan.
Aku melangkah di lorong nan sepi,
menahan semua beban yang tak terlihat di mata,
melangkah di atas puing-puing harapan,
berusaha berdiri meski gemetar di dalam dada.
Kau mungkin mengira aku lemah,
karena sesekali aku diam dan berhenti,
karena ada gores luka yang tak pernah kau lihat,
karena ada isak tangis yang kutahan di sudut gelap.
Kau mungkin juga berpikir aku kuat,
karena tak pernah sekali pun kau melihat aku jatuh,
karena ada senyuman yang kupasang setiap pagi,
karena kata-kata yang berusaha kukemas dalam ketegaran.
Namun kau tak akan pernah bisa jadi aku,
tak akan pernah bisa memahami setiap perihku,
tak akan pernah tahu bagaimana rasanya,
menjalani hidup dengan beribu-ribu beban di pundak.
Kau pun tak tahu bagaimana aku harus bertahan,
di antara badai yang datang menerjang tanpa henti,
di antara luka-luka yang menganga tanpa sembuh,
di antara kesunyian yang menggigit lebih dari sepi.
Aku bukannya cerita yang mudah untuk kau baca,
bukan juga kisah yang bisa kau ulas sesukamu,
aku adalah rahasia yang hanya bisa dimengerti oleh waktu,
lukisan yang hanya bisa dibaca oleh hatiku sendiri.
Maka jangan pernah berkata bahwa kau tahu,
jangan pernah berkata bahwa kau paham,
karena kau tak akan pernah mampu menjadi aku,
tak akan pernah merasa seperti apa yang kurasa.(*)
Valentine Days, 14 Februari 2025