/1/
Pohon Beringin di Ranah Minang
I.
Ibu,
engkau bagaikan beringin di ranah Minang,
akar-akarmu menembus cerita nenek moyang.
II.
Daunmu berbicara dengan angin,
membawa pesan-pesan yang engkau simpan
untuk generasi yang akan datang.
III.
Aku ibarat burung kecil,
bersarang di rantingmu.
Aku belajar terbang
dari keteduhanmu,
belajar pulang dari kerinduan.
IV.
Engkau tetap berdiri, ibu,
meski waktu mematahkan satu demi satu dari dahanmu itu,
kami selalu mencintaimu,
sepanjang waktu.
Padang, Baso, Agam, Sumbar, 2000
/2/
Wajah Ibu di Lembah Harau3
Puisi oleh Leni Marlina
Aku melihat wajahmu, ibu,
di tebing-tebing Lembah Harau,
setiap retakan berbicara tentang waktu:
waktu yang memahat senyummu,
waktu yang membiarkan sabarmu berdiri.
Aku melihat tanganmu, ibu,
menyentuh kabut pagi
yang turun seperti doa
di atas ladang yang kau bajak dengan cinta.
Aku melihat langkahmu, ibu,
mengikuti lekuk lembah,
seperti aliran sungai yang tak pernah bertanya
mengapa harus terus berjalan.
Padang, Baso, Agam, Sumbar, 2000
/3/
Hujan di Bukit Barisan
Puisi oleh Leni Marlina
Di Bukit Barisan, ibu adalah hujan,
yang tak pernah memilih daun mana
akan dibasuhnya.
Kau jatuh lembut,
membasahi tanah kering yang rindu.
Dan aku, rerumputan kecil
yang menengadah,
belajar hidup dari tetesmu.
Engkau menyatu dengan bumi, ibu,
menjadi aliran yang menuju laut,
menjadi embun yang menyelimuti pagi,
dan aku, belajar mencintai dunia
dari caramu mencintai hidup.
Padang, Baso, Agam, Sumbar, 2000
/4/
Ibu dan Pematang Sawah
Puisi oleh Leni Marlina
Di Baso – Agam, aku ingat langkahmu, ibu,
menyusuri pematang dengan tubuh ringkih
tapi hati yang kokoh.
Aku kecil di pangkuanmu,
mendengar nyanyian dari lidahmu
yang serupa simfoni pagi:
ritme cangkul bertemu tanah,
irama burung-burung yang kembali
setelah hujan.
Keringatmu, ibu,
membentuk sungai kecil di dahimu,
dan di situlah aku pertama kali belajar
tentang makna pengorbanan.
Padang, Baso, Agam, Sumbar, 2000
/5/
Ibu dan Danau Singkarak
Puisi oleh Leni Marlina
Ibu,
di bawah awan berarak,
engkau bagaikan penjaga Danau Singkarak,
danau itu adalah jiwamu:
tenang di permukaan,
namun menyimpan pusaran rahasia
di kedalamannya.
Angin mengelus wajah danau,
dan aku melihat matamu berkedip—
menyimpan cahaya kecil
untuk malam-malamku yang gelap.
Ketika badai datang,
kau berdiri seperti karang
yang tak hancur,
menahan dunia
agar aku tetap aman dalam pelukanmu,
mengantarkan aku sampai dewasa menghadapi dunia.
Padang, Baso, Agam, Sumbar, 2000
/6/
Napas Singgalang di Dadamu
Puisi oleh Leni Marlina
Dadamu, ibu, ibarat Gunung Singgalang,
tempat napas bumi terjaga.
Ketika aku terombang-ambing oleh dunia,
engkau adalah cakrawala
yang selalu mengingatkan aku untuk kembali.
Dari puncak cintamu,
aku belajar melihat:
lembah bukanlah akhir,
tetapi awal dari perjalanan pulang.
Engkau bagaikan penjaga waktu,
yang menjaga aku tetap ada,
meski dunia mencoba melupakan keberadaanku.
Padang, Baso, Agam, Sumbar, 2000
/7/
Ombak di Matamu
Puisi oleh Leni Marlina
Aku melihat ombak di matamu, ibu,
menari dengan ritme yang kau ciptakan.
Aku bertanya:
berapa banyak badai yang telah engkau jinakkan?
Engkau tersenyum dan menjawab:
“Setiap gelombang adalah anakku,
dan setiap buih adalah doaku.
Aku tidak takut pada laut
karena aku adalah samudra hidupmu.”
Padang, Baso, Agam, Sumbar, 2000
/8/
Surat dari Puncak Marapi
Puisi oleh Leni Marlina
Ibu, aku menulis surat ini dari Puncak Marapi,
tempat di mana engkau berdiri di antara api dan angin.
Aku ingin tahu:
bagaimana engkau bisa tetap berdiri
ketika dunia bergetar di bawah kakimu?
Engkau tersenyum melalui kabut dan berkata:
“Aku adalah lava, anakku.
Aku membawa panas untuk memberi kehidupan,
dan aku mengeras untuk melindungimu
dari kekejaman waktu.”
Aku menutup suratku dengan doa:
semoga aku mewarisi kekuatan gunungmu, ibu,
yang tak pernah runtuh
meski badai terus menggempur.
Padang, Baso, Agam, Sumbar, 2000
Biografi Singkat
Puisi ini awalnya ditulis dan didiskusikan terbatas di komunitas kecil puisi bernama Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat (PPIPM) tahun 2003. Leni menulis puisi tersebut saat tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris dan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Setelah 21 tahun kemudian, puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2024.
Leni Marlina merupakan pendiri dan ketua Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat); pendiri dan ketua Poetry-Pen International Community.
Leni juga merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat sejak berdiri tahun 2022. Selain itu, ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair dan Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association. Leni pernah terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga mendirikan dan memimpin komunitas digital / kegiatan lainnya yang berfokus pada bahasa, sastra, pendidikan, dan sosial, di antaranya: (1) Komunitas Sastra Anak Dunia (WCLC): https://rb.gy/5c1b02, (2) Komunitas Starcom Indonesia (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia): https://rb.gy/5c1b02, (3) ECSC (English Chilit Smart Course), dan (4) MEC (Marvelous English Course).