Pulang ke Lembah Hening
Kau adalah garis tipis di ujung cakrawala,
terbakar oleh matahari dusta,
dihempas badai amarah
yang menggulung segala yang kau sebut nama.
Namun, pasir mengenang langkah pertama.
Mereka menyanyikan balada sunyi,
seperti doa yang menguap dari basah pelipis,
menarikmu pulang,
ke lembah di mana pohon-pohon menggantungkan bintang.
Di tanah ini, tidak ada kebohongan.
Hujan turun sebagai surat cinta,
menghapus bekas luka di tubuh langit.
Kau bukan lagi pendosa,
melainkan penjaga taman yang subur,
di mana kebenaran bertumbuh
seperti pohon yang tak mengenal musim.
Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
(Masjid Raya Sumatera Barat), 2018
/2/
Di Bawah Cahaya Bulan
Puisi oleh Leni Marlina
Bulan menggantung seperti saksi,
matanya memantulkan rahasia dari sudut gelap
tempat dosa-dosa bersembunyi
seperti ular di antara bebatuan.
Kau membuka diri,
biarkan cahaya itu meresap
melalui pori-pori hatimu yang pecah.
Ia menelusuri sungai darahmu,
mengukir kalimat-kalimat pengampunan
di dinding tubuhmu.
Seperti ranting yang menggapai bulan,
kau memanjat kesunyian ini
dengan tangan telanjang,
hingga tak ada lagi yang tersisa darimu
selain doa,
mengalir dari mulut yang basah oleh hujan rahmat.
Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
(Masjid Raya Sumatera Barat), 2018
/3/
Menyusun Kata-kata dari Debu
Puisi oleh Leni Marlina
Di ujung lidahmu, kata-kata itu mengendap,
tajam seperti pecahan cermin
yang kau hancurkan sendiri.
Setiap kalimat adalah dosa,
menggigit seperti angin dingin
yang berlarian di padang pasir.
Namun kini, tanganmu
adalah tukang kebun yang lelah,
menggenggam debu itu dengan hati-hati,
merangkainya menjadi bunga liar
yang berakar di tanah luka.
Kata-kata itu mekar,
menjadi puisi yang tak pernah selesai.
Setiap barisnya adalah doa,
menjulang ke langit,
mencari mata Tuhan yang tak pernah terpejam.
Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
(Masjid Raya Sumatera Barat), 2018
/4/
Sujud di Bawah Hujan Rahmat
Puisi oleh Leni Marlina
Kau adalah kapal karam,
pecahan lambungmu tersebar di dasar samudera dosa.
Namun hujan turun,
melarutkan garam luka dari kulitmu,
mengembalikanmu ke dermaga doa.
Dalam sujudmu, bumi menjadi cair,
melahirkan pohon-pohon kecil
yang berakar pada nafas keimanan.
Hujan itu,
adalah surat cinta dari langit,
ditulis dengan tetes rahmat
dan ditujukan kepada jiwamu yang terluka.
Kini, kau berdiri di tengah hujan,
tanpa payung,
tanpa pelindung,
karena kau tahu,
air ini adalah kunci surga.
Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
(Masjid Raya Sumatera Barat), 2018
/5/
Jejak di Pasir Waktu
Puisi oleh Leni Marlina
Kau tinggalkan jejak di pasir,
tapi angin selalu tahu caranya lupa.
Namun setiap jejakmu adalah kisah,
menggores waktu dengan tintanya sendiri.
Ketika ombak datang,
ia menyentuh langkahmu dengan lembut,
seperti ibu yang membelai anaknya.
Tidak ada kemarahan di sini,
hanya kasih yang membilas dosa
dan mengganti jejak dengan cahaya.
Kau melangkah lagi,
bukan untuk mencetak jejak baru,
tetapi untuk menemukan dirimu,
di mana pasir berakhir
dan langit yang abadi dimulai.
Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
(Masjid Raya Sumatera Barat), 2018
/6/
Cahaya di Ambang Subuh
Puisi oleh Leni Marlina
Subuh adalah detik ketika dunia retak,
membuka celah untuk cahaya menyusup.
Kau berdiri di tepinya,
di mana gelap masih memeluk bumi,
tapi sudah ada angin pagi
yang membawa aroma keabadian.
Cahaya itu bukan matahari,
melainkan kilau di matamu
yang kembali menyala setelah lama padam.
Ia menghapus bayangan dosa
yang mengalir dari tubuhmu,
mengubahmu menjadi sungai
yang hanya mengenal jalan pulang.
Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
(Masjid Raya Sumatera Barat), 2018
/8/
Simfoni Taubat
Puisi oleh Leni Marlina
Taubat adalah simfoni yang tak pernah selesai.
Setiap nadanya adalah keluhan,
setiap diamnya adalah harapan.
Kau, pemain biola dengan senar patah,
menggesek keheningan
hingga melahirkan melodi yang mengejutkan langit.
Angin membawa musikmu ke langit,
menyusup ke antara bintang-bintang,
mengubah mereka menjadi gema yang melingkupi bumi.
Taubatmu tidak hanya membakar dosamu,
tetapi juga menghidupkan dunia
yang mati oleh kelalaian.
Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
(Masjid Raya Sumatera Barat), 2018
/8/
Bayang di Cermin
Puisi oleh Leni Marlina
Cermin tidak pernah jujur,
ia hanya memantulkan apa yang ingin kau lihat.
Namun ketika kau menatap lebih dalam,
kau temukan retakan yang menggambarkan dosa,
seperti peta kehidupan yang kau coba sembunyikan.
Tanganmu gemetar,
membersihkan cermin itu dengan air mata.
Kini yang kau lihat bukan hanya wajahmu,
tetapi juga sebuah dunia
yang menanti untuk diselamatkan.
Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
(Masjid Raya Sumatera Barat), 2018
/9/
Di Bawah Pohon Tobat
Puisi oleh Leni Marlina
Pohon itu tidak pernah layu,
akar-akarnya mencengkeram bumi
seperti doa yang tidak pernah berhenti.
Kau duduk di bawahnya,
menyandarkan punggung yang lelah,
mendengarkan daun-daun
berbisik tentang surga.
Setiap buah yang jatuh
adalah pelajaran,
mengajarkanmu untuk menumbuhkan
iman di tanah yang tandus.
Kau tahu,
di bawah pohon ini,
tidak ada yang benar-benar hilang.
Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
(Masjid Raya Sumatera Barat), 2018
/10/
Langit yang Membuka Jalan
Puisi oleh Leni Marlina
Langit adalah buku yang tidak pernah selesai.
Setiap halaman adalah hari baru,
setiap tinta adalah hujan rahmat
yang menghapus dosa dari tanah.
Kau membaca langit itu,
mencari jalan di antara awan.
Dan ketika kau menemukan celah,
ia menjadi pintu
yang membuka duniamu
kepada cahaya yang tak pernah kau bayangkan.
Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi
(Masjid Raya Sumatera Barat), 20182
Biografi Singkat
Puisi ini awalnya ditulis oleh Leni Marlina hanya sebagai hobi dan koleksi puisi pribadi tahun 2018. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2024.
Leni Marlina merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat. Ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair & Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC3 Shanghai Huifeng International Literary Association. Selain itu, Leni3 terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga mendirikan dan memimpin sejumlah komunitas digital yang berfokus pada sastra, pendidikan, dan sosial, di antaranya:, (1) Komunitas Sastra Anak Dunia (WCLC): https://rb.gy/5c1b02, (2) Komunitas Internasional POETRY-PEN; (3) Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat): https://shorturl.at/2eTSB & https://shorturl.at/tHjRI;
(4) Komunitas Starcom Indonesia (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia): https://rb.gy/5c1b02.