Oleh: Rizal Tanjung
dan jika kau mencoba melihat ke dalam pikiranku,
kau akan menemukan lorong-lorong gelap tak berujung,
di mana bayang-bayang ketakutan berdansa di dinding,
menghantui setiap detik sunyi yang tak bisa kuucapkan.
dan jika kau mencoba menemukan ketakutanku,
kau akan merasakan pecahan kaca yang mengiris jemarimu,
setiap serpihannya adalah malam-malam tanpa mimpi,
di mana harapan hanya menjadi abu di ujung napas.
dan jika kau mencoba menemukan kesempurnaan dalam diriku,
kau akan melihat jahitan kasar yang menyulam luka,
bekas-bekas perang melawan kenyataan yang tak berbelas kasih,
di mana setiap noda adalah cerita yang tak ingin diceritakan.
dan jika kau mencoba bertanya tentang noda-noda itu,
kau akan mendengar jeritan bisu yang membeku dalam nadi,
sakit yang mengalir seperti sungai merah tanpa hulu,
mengikis dinding hatiku yang dulu utuh.
dan jika kau mencoba bertanya alasan aku menulis,
kau akan tahu bahwa kata-kata adalah jembatan sunyi,
antara aku yang rapuh dan dunia yang tak mengerti,
di mana kebenaran bersarang dalam tinta yang tak pernah kering.
dan jika kau mencoba mendengar suaraku,
kau akan menangkap bisikan yang diselimuti kabut,
di mana setiap kata adalah jubah bagi kebohongan,
yang kusulam demi menyembunyikan luka terdalam.
dan jika kau mencoba berjalan di tempat yang pernah ku lalui,
kau harus menapaki duri yang tumbuh dari kehancuran,
merasakan suka dan duka menari di atas kulitmu,
agar kau tahu bahwa luka bukan sekadar kisah yang usang.
dan jika kau mencoba melihat jiwaku,
kau akan melihat kisah-kisah yang terlupakan terungkap,
seperti lembaran buku tua yang berdebu,
di mana setiap paragraf adalah tangisan yang tertunda.
dan jika kau mencoba mencari terlalu dalam,
kau akan menemukan monster dalam diriku yang tertidur,
Ia bernafas dalam kesunyian malam,
nenunggu saat untuk bangkit dari kuburnya sendiri.
dan jika kau mencoba untuk terburu-buru,
kau akan menemukan bagian-bagian diriku yang lebih baik tidak diungkapkan,
sebab beberapa rahasia lebih aman terkubur,
daripada terbuka dan mengubah dunia menjadi abu.
maka, jika kau ingin mengenalku,
jangan hanya membaca puisi ini dengan matamu,
tapi rasakan dengan hatimu,
karena aku adalah cerita yang belum selesai ditulis. (*)
Padang, 2025