Indri Kartika Putri
Aku menatap cermin pagi ini—adakah retak di sudut mataku?
Ataukah cermin ini berbohong
seperti dunia yang ditambat keserakahan?
Di jalan, deru mesin meraung-raung
asapnya berbisik tentang bahan bakar yang tak lagi murni.
Roda-roda bergulir di atas janji yang aus,
menuju rumah yang berdiri di atas kekosongan.
Aku membaca berita— kata-kata berbaris rapi, tapi kehilangan makna.
Angka-angka menari di layar kaca lebih lihai dari pesulap pasar malam yang
menjual mimpi dalam paket promo bertabur jargon.
Di meja kerja lembaran gelar tersusun rapi,
tapi sejak kapan kebijaksanaan dapat dibeli?
Sejak kapan kecerdasan dapat dihitung dari digit saldo?
Di antara wajah-wajah yang kutemui pun ada yang terlalu halus—seperti tanah yang baru diratakan buldoser
licin, tak ada kerutan.
Senyum pun tak lagi terasa hangat dan mata tak lagi menyimpan nyawa.
Lalu aku pulang ke rumah, ke tempat yang katanya cinta itu tulus, rindu itu abadi.
Tapi aku bertanya pada cermin sekali lagi:
palsukah aku?
Magelang, 17 September 2025