Puisi Anto Narasoma
malam makin tua
setelah gelak tawamu memantul ke bulan separuh bayang
maka,
tiap kata yang terucap
seolah bicara dalam mimpi-mimpi yang kau
taburkan pada malam
yang tak mampu bicara
dalam hitungan terakhir
tatkala getaran hatimu
berputar searah jarum jam di tanganku,
gelak tawamu
makin mengejar kegelisahan di antara kata-kata sajak
yang kubaca di antara
malam seusai petang tadi
jujur saja aku sangat mencintai kesunyian malam ketika membaca wajahmu yang diam
dan padat tanda-tanda
maka bukalah hatimu
agar malam makin rindu
yang selalu bergetar
ketika bersetubuh dalam
ayat-ayat yang kubaca
di saat malam mengembang
Palembang, 16 April 2024