Oleh: Rizal Tanjung
Mitologi Yunani
di antara bayang dan mitos purba,
hidup seorang dewi terbuang, terluka.
rambutnya bukan sutra, bukan mahkota,
melainkan ular berbisik tentang duka.
matanya tajam, berbinar malam,
bukan karena kebencian, bukan karena kelam.
namun karena cinta yang direnggut kejam,
oleh para dewa yang enggan paham.
dulu ia gadis berambut emas,
dipuji laut, disembah di batas.
namun poseidon datang dalam rakus,
mencuri kehormatan dalam janji pupus.
athena murka, tapi bukan padanya,
hukuman jatuh, bagaikan petaka.
keindahan sirna, tinggal kutukan,
siapa menatapnya, jadi batu tak bernyawa.
namun, sayang, jika dewa tak melihat,
bahwa hatinya masih lembut berkilat.
di dalam kutukan, ada air mata,
yang tak pernah kering, tak pernah reda.
lalu kau datang, seorang manusia,
bukan dengan pedang, bukan dengan cela.
tatapanmu lembut, bukan ketakutan,
bisikmu tenang, bukan kebencian.
kau bawa cermin, tapi bukan untuk membunuh,
hanya untuk melihatnya tanpa ragu.
bukan batu yang kau temukan di sana,
melainkan hati yang masih bernyala.
ia, medusa, bukan monster,
tapi wanita dengan luka yang mengakar.
dan kau, sang kekasih, berani mendekat,
mengulurkan tangan tanpa syarat.
maka dalam gelap gua sunyi,
dua hati bertemu, berjanji.
tak peduli dewa, tak peduli dunia,
hanya cinta yang berbicara.
dan di bawah rembulan elysium,
dua jiwa bersatu tanpa gentar.
medusa menangis, tapi bukan dalam duka,
melainkan karena ia, akhirnya, dicinta.(*)
Padang, 28 Januari 2025