Puisi Eka Teresia
Dalam sunyi yang menyelimuti malam, sepasang tangan perlahan merangkai harmoni di atas kanvas. Bukan sekadar warna yang ditorehkan, melainkan fragmen jiwa yang tertuang. Setiap sapuan kuas adalah desah napas kehidupan, mencurahkan kisah yang tak terucap oleh kata.
Melukis dengan hati adalah menanamkan rasa dalam setiap garis. Ia bukan sekadar karya, tetapi cermin dari gejolak batin yang tersembunyi. Di sana ada rindu yang tertahan, ada luka yang sembuh perlahan, dan ada mimpi yang tak pernah pudar.
Warna biru menyimpan tenang, merah menjeritkan gairah, dan hijau memeluk damai. Dalam perpaduan itu, hati menjadi kuil yang memaknai setiap goresan. Tak peduli sempurna atau tidak, setiap guratan adalah kejujuran yang tak bisa dipalsukan.
Ketika melukis dengan hati, kanvas bukan sekadar ruang kosong, melainkan dunia kecil yang menghidupkan jiwa. Ia menjadi bukti bahwa cinta, harapan, dan keikhlasan bisa mewujud dalam bentuk yang abadi, menghidupkan keindahan di tengah dunia yang terkadang terlupa menghargainya.
Rumahku, Oktober 2024