L K Ara
Ingin aku seperti jerami,
Sehelai sederhana yang dipilih waktu,
Membakar dirinya demi secercah terang,
Bagai doa melompat dari hati ke langit.
Jerami itu tak sekadar benda,
Ia adalah takdir kecil lukisan Tuhan,
Menyala sekejap, namun meninggalkan jejak,
Seperti pelita iman yang tak pernah padam.
Di malam-malam sunyi, ia berbisik pada gelap,
“Meskipun aku habis, aku masih memberi.”
Api yang menari di tubuhnya bercerita,
Tentang cinta pada Sang Pemilik Semesta.
Sembilan tahun dalam redup dan kesetiaan,
Masjid Nabi adalah rumah cahaya,
Langit menjadi atap,
Bumi menjadi sajadah cinta.
Jerami adalah pelajaran keikhlasan,
Sebuah api kecil yang tak gentar,
Mengubah kegelapan menjadi pengingat,
Bahwa dalam yang rapuh, ada kekuatan abadi.
Kini aku pun ingin seperti jerami
Jerami dari negeri Gayo yang sunyi
Yang sederhana, namun penuh makna,
Membakar diri untuk memberi terang,
Lalu lenyap dalam dekapan cinta-Nya,
Seperti jejak langkah Nabi yang abadi,
Mengubah dunia dengan cinta sejati. (*)
Mekkah, 2019