Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Nyanyian Pagi Saat Menghadapi Musuh

January 22, 2025 19:04
IMG-20250122-WA0101(1)

Albertus M. Patty *)

Refleksi Puitis atas Mazmur 3

Aku berlari, bukan karena takut.
Tapi agar darah tidak tumpah
dari luka yang dibuat tanganku sendiri.
Absalom, anakku, buah hatiku,
namun pedang di tanganmu memecah malamku.
Adakah cinta bertahan di medan perang?

Di antara lembah gelap,
aku berbaring, bukan untuk menyerah.
Melainkan untuk menyerahkan.
Bukan pada senjata,
tapi pada Dia yang membentangkan langit.
Tidurku adalah doa tanpa kata.

Tuhanku, Engkau adalah tameng.
Ketika ribuan musuh berdiri di cakrawala,
mereka hanyalah bayang-bayang
dalam silau sinar-Mu.
Satu suara mereka tak mampu
menghapus gema nama-Mu dari dadaku.

Apakah musuhku di luar pagar sana? Tidak!
Musuh terbesarku bersarang di dadaku
Menyelubungi hatiku dengan kabut ragu
Musuhku itu kegoyahan iman
Aku menggenggam sunyi,
dan sunyi itu berbicara:
“Tundukkan kepala, biarkan Dia mengangkatmu.”

Aku menatap malam
dan menemui wajah-Mu di sela bintang.
Sebuah perisai yang tak kasat mata,
lebih kokoh dari gunung-gunung.
Hatiku menjadi kota benteng-Mu.

Dunia ini badai,
tapi jiwa yang teguh percaya
adalah biduk yang takkan karam.
Aku bernyanyi dalam desau angin:
“Keselamatan adalah dari Tuhan.”

Mereka berkata,
“Tidak ada lagi harapan bagimu.”
Itu suara orang yang goyah iman
Aku tahu,
harapan itu berakar
di tanah iman yang tak pernah gersang.

Aku mengangkat wajah
dan melepaskan beban.
Kekalahan duniawi bukanlah kehilangan,
jika tangan-Mu tetap memegangku.

Tuhan, pagi telah datang,
dan aku bangkit.
Musuh-musuh menjadi angin lalu,
namun Engkau tetap tinggal,
di setiap hembusan nafasku.(*)

Bandung, 22 Januari 2025

*) Religiositas dan Budayawan