anto narasoma
biarlah, kutukar nyawa ini dengan kebebasan yang paling mahal dalam catatan sejarah perang lima hari lima malam
sebab,
sudah berabad waktu harga kematian itu begitu murah ketika kepalamu pudar dalam perlawanan di tapal batas pertempuran
mata peluru yang beterbangan di udara bebas, mengepakkan sayap setelah api dendam menumbangkan orang-orang belanda
di tanah berlumpur
percikkan darah pejuangmu pun pecah setelah pertempuran itu kau rekam ke dalam tragedi berdarah kemarin malam
: lenyapkan perlawanan mereka !
begitu suara teriakan membombardir pertempuran lima hari lima malam,
lalu daun-daun waru pun gugur di atas pusara para pahlawan
maka,
pertempuran lima hari lima malam ini dicekam kemarahan dalam kesumat panjang
lihatlah,
dari lorong-lorong pedesaan yang padat perlawanan, mata peluru harus takluk di ujung ketajaman bambu runcing di tangannya
ayo,
siapa lagi yang harus pulang sebelum kematian itu menjadi raja dalam perlawanan
senjata di antara gelapnya cahaya malam?
Palembang, 30 Desember 2024