Puisi Mitha Pisano
Di jejak waktu yang penuh lika liku,
Ia melangkah tanpa ragu.
Badai yang menghantam, luka menggores jiwa.
Namun hatinya tetap tegar, tak pernah luntur oleh dera.
Malam yang sunyi sering jadi saksi bisu,
Air mata jatuh tanpa suara, mengalir sendu.
Menumpahkan segala perih yang dipendam,
Dalam gelap, ia bicara pada TuhanNya, memohon kesabaran, keihklasan, kekuatan.
Namun saat pagi kembali datang menyapa,
Ia bangkit, bagai tak pernah ada luka.
Senyum merekah di wajahnya yang lembut,
Seolah dunia tak pernah mengguratkan pahit.
Ia adalah perempuan,
Yang menata duka menjadi harapan.
Yang menukar kesedihan dengan ketenangan,
Menjalani hidup dalam doa dan keikhlasan.
Tak jarang ia berdiri sendiri,
Menopang dunia yang berat di punggungnya sendiri.
Tanpa keluh, tanpa ingin dihargai,
Hanya berjuang demi cinta dan janji yang ia yakini.
Setiap langkahnya menyimpan cerita,
Tentang luka yang ia sulap menjadi pelita.
Tentang hati yang sering retak,
Namun tetap utuh, tak pernah menyerah.
Langit boleh mendung, hujan boleh deras,
Tapi jiwanya selalu bercahaya tanpa batas.
Sebab ia tahu, setiap ujian adalah jalan
Menuju hikmah, menuju kekuatan.
Dan ketika dunia mengira ia lemah,
Ia buktikan dirinya adalah bara yang tak padam oleh resah.
Perempuan itu, pelita dalam gelap,
Yang dengan senyum menyulut harapan tanpa lelah.
Perempuan itu,
adalah bukti bahwa ketenangan bisa melawan derita,
dan senyuman adalah senjata paling indah untuk menaklukkan dunia.
Banuhampu, 2 Januari 2025