Puisi Masayu Winda
menyusuri jalan setapak di balik cahaya pagi, rinduku diam dan sunyi
dua tahun kau raib dari pertemuan kita, hingga kerinduan pun nyaris terkulai layu
dari rintik hujan itulah
air mataku menerobos perasaan tatkala kutemukan kembali kelopak mawar yang kering di sudut kerinduan kita
o, dapatkah percik hujan pagi ini menyegarkan kembali perasaan rinduku yang lama mengering?
lalu kutatap serpihan rinduku yang sempat menjauh dari waktu ke waktu
maka,
harus kukejar lagi patahan rinduku yang berserakan dalam waktu
maka,
sebelum perasaan itu dingin dan beku, kupercepat langkahku untuk merangkul rindumu dan rinduku (*)
Palembang, 8 Agustus 2025