Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Rumah Mungil Tanah Merdeka

January 5, 2025 16:08
IMG_20250105_160715

5 Sajak Pilihan

Sajak Pulo Lasman Simanjuntak

rumah mungil tanah merdeka
di sini puisiku bernyanyi
bersama santi
berwajah matahari
disodorkan busana
warna putih

masa kanak-kanak
lalu memanjang
membentur pohon rambutan

porselen antik
jadi perhiasan mati
hanya wajah Yesus
ada di jantung kami

sehingga apa saja
tergenang dalam sejarah
dalam rumah tua
boneka panda di kursi, patung porselen, kelinci putih menggelinding dari matahari tuli

nikmat kami menghitung hari-hari
tak pernah tertulis
dalam almanak

lalu kami menembus hujan lebat
sore hari
mengumpulkan sunyi seperti bakteri

cinta birahi liar
jadi penyakit kelamin
lelaki insomnia
setengah hati

Jakarta, Rabu, 31 Agustus 2022

Tuntas

duka siapa mau menyergap
di rimba kamarmu
sejarah berterbangan
tak pernah bercumbu
dengan matahari pagi
hanya sepotong roti tua
disuguhkan pria perkasa

bersenjatakan roh ketakutan
digelar di meja judi
tertangkap angin jahat
pada tiap dini hari

kini kita saling menjaga jarak
ruang dan waktu
tak pernah lagi saling bertemu

kadang kita melepas rindu
menulis berita online
tentang kapal digital, samudera raya
air laut yang merembes
sampai ke penjara di benua orang-orang mabuk kekayaan

sekarang tersisa
hanya doa berdarah saudara- bersaudara

sejam masa kanak-kanak
rasa sesal mengapa dulu kita tak lagi rajin berenang di sungai membusuk
depan rumah

ataukah menghitung
sejumlah perkawinan retak
mulai dari pewarta muda
pujangga teler sampai perwira mualim
yang sempat terjebak
mengurai kesepian di rumah kelam

Jakarta, Jumat 15 Juli 2022

Sajak Kritis

hari ini kembali sajakku
menjahit sunyi
tanpa angin pagi
hanya suara aliran air kolam
ikan-ikan setengah lumpuh

membuat sajakku semakin kelaparan
mau kemana dibawa tubuhmu
ke padang ilalang
tak ada mata uang
di sana kering kerontang

sementara dari jarak dekat
seorang lelaki tuli mondar-mandir
menyusup dalam sajakku
telah berkemas
untuk menjual nyawa
barang mati apa saja
bisa dimakan dengan rakus

Jakarta , Senin 5 September 2022

Tiga Manusia dalam Cawan Lebur

tiga manusia telah berdoa sianghari
di bawah matahari dungu
mereka selalu berkeliaran
di taman eden yang terluka
bergumul dengan ayat-ayat suci

mereka masih butuh sepiring syair
bakal dimasak sampai matang
buat santapan ritual
tanpa suguhan beras merah

seperti pekabaran kesehatan
malam tadi
kita harus melenyapkan makanan daging halal

tiga manusia ini terus menunggu
kabar dari benua
selalu bawa bencana
sejak dinihari telah disodorkan lewat penyakit gula dosis tinggi
yang sempat juga menawarkan souvenir
lagu pujian generasi milenial

ya, debata
datanglah dengan segera !

Jakarta, Senin siang 5 September 2022

Ulang Tahun Membaca Suara Tuhan

hujan deras yang dimuntahkan
di atas ranjang keluh kesah ini
tak dapat lagi mengundang
mimpi-mimpi purba
(masa lalu ?)

selalu terjebak dalam sebuah permukiman liar
banjir air mata dan rasa sesal
dibungkus irama kemandulan

lalu saat sunyimu pesiar ke sebuah bangunan tua dalam kota
telah diamarkan lewat seorang pekabar perempuan

“melahirkan seorang anak harus melalui tangan Tuhan, bukan menghambur-hamburkan berahi ke dalam cawan kemiskinan,” pesannya lewat jendela pesakitan dari seberang pulau sumatera

maka pagi hari
bertelut dan berdoalah
saat usiamu telah bergerak
dalam kesakitan tak berkesudahan

tetaplah membaca suara Tuhan
karena ini
ujian iman
seperti abraham

tataplah lagi
matahari basah di depan rumah
terbanglah seperti burung rajawali makin tinggi
menembus langit baru dan bumi baru

jangan gelisah
tiang awan mendung
juga telah kirim makanan
sehingga para pemulung tak akan bertegur sapa lagi

siapa mau menjual kesetiaan sumpah pernikahan
kudus, kudus,
aku tak mau kelaparan
mati dalam usia belia

Jakarta, Selasa 6 September 2022


Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya 20 Juni 1961. Ratusan karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan 35 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia.