Muliaty Mastura Yusuf
Tak terukir
Sulit merangkai kata
Mendengar kabar dukamu tiba-tiba
Saat fajar menyingsing
Masih main tenis meja
Lalu jatuh, tersungkur
dadaku sesak
Tak terbayang dindaku
dirimu begitu tulus, ikhlas membantu banyak orang
Setiap ada gerakan
Engkau tak pikir panjang
responmu cepat tanggap
Tak terbendung air mataku Dinda Cacankku yang baik hati
Aku ingin membuat berita dukamu
tapi aku tak punya kekuatan menulisnya
Di atas HPku air mata tumpah
Mataku sembab
Aku tak sanggup mengurai kata dindaku
Atas semua kebaikan yang kau torehkan
Engkau tak pernah menampik dan tak pernah mengecewakan
Tetiba di rumah duka
Kamis pagi,
Sesak dadaku
Aku tak sanggup menyaksikan tubuhmu terbujur kaku
Hanya kuraba tubuhmu yang tak bisa lagi diajak bicara
Sembari mengirim Alfaatihah
Masih terngiang senyum khas dan celotehmu
Menghiasi ruang-ruang medsos
Dua jam sebelum Yang Kuasa menjemputmu
Dindaku Nurhasan bin H. Najamuddin
Engkau telah mendahului kami menghadapNya
Meninggalkan seorang istri dan dua generasimu, putra dan putri yang baru akan mengenyam pendidikan tinggi
Selamat jalan Dinda Nurhasan
Perjalanan dari Jakarta menuju tanah kelahiranmu, Maros, Sulawesi Selatan seperti melewati jalan tol
Padahal, berkas administrasi kepulanganmu tertinggal di sana
Engkau tak menghadapi kesulitan apa pun
Jazadmu diterbangkan begitu mudah sampai di tanah leluhurmu
Begitu banyak lautan manusia mengiringimu
mendoakanmu
Inilah bukti kebaikanmu pada sesama
Sedekahmu dan hatimu yang suka menolong
Tiada terkira
Selamat jalan dindaku
Cahaya
Kebaikan-kebaikanmu, kilau kemilau menembus dinding hati banyak pihak
Surga tempatmu dindaku
Teriring doa untukmu
Semoga engkau tenang di sana
di taman-taman Surga yang dirindukan
Di jannatun Naim
Panaikang, Maros, Sulsel, Kamis 16 Januari 2025