Muslimin Lamongan
semalam aku bicara pada daun-daun kamboja
tumbuh di makam pojok desa
menjerat rembulan deras hujan membisu
ada resah yang terlalu
ada insomnia yang terlalu
bila tiba masa tak ada kata-kata
tangan dan kaki yang bicara
aku berjalan menuju lorong gelap malam
dengan kunang-kunang di telapak tangan
sayapnya patah sebelah
namun mencahaya hitam kelam
semalam aku bicara pada
diri sendiri sunyi
ke mana pergi sifana
bila matahari di atas kepala
bila padang meringkus fakta
terjerat derai sesal hampa
tak ada kata-kata
hanya air mata darah
selama ini tangan menampar angkara
kaki menerjang depak jumawa
sambil tertawa menantangNya
jika pengadilan abadi telah tiba
jahanam menanti betapa rapuhnya diriku
mengapa sesat sesal tiada
hingga akhir waktu (*)
Lamongan, 8 Maret 2025
