Puisi: Leni Marlina
Aku adalah waktu,
berjalan di atas punggungmu, ibu,
setiap detikku menanam uban di rambutmu.
Engkau biarkan aku berlalu tanpa keluh,
menyerap peluhmu yang mengalir seperti hujan tak berhenti.
Cermin retak itu adalah jejak yang kutinggalkan,
garis-garis di sudutnya bercerita tentang luka yang engkau pendam.
Namun engkau tersenyum dalam senandung,
seolah aku tak pernah mencuri senggal napasmu.
Kini anakmu itu kembali, membawa luka yang tak terganti,
namun aku tahu,
engkau tetap memberi pelukan,
karena aku sang waktu, menghantarkan doa-doamu,
kepada Tuhan yang Pengampun, kepada Tuhan Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Clayton, Monash, Australia, 2013