HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Idul Fitri: Kemenangan yang Menggembirakan

April 2, 2025 07:03
IMG-20250402-WA0004

Drs. H. Makmur, M.Ag
Wakil Ketua PWNU Lampung dan Kepala Kantor Kemenag Bandar Lampung

Edisi Lebaran

HATIPENA.COM – Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa, umat Islam merayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita. Ini bukan sekadar perayaan, tetapi sebuah simbol kemenangan—kemenangan atas diri sendiri, atas hawa nafsu, serta kemenangan dalam meniti jalan ketakwaan. “Hai orang-orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah di wajibkan kepada umat sebelum kamu, supaya kamu bertqwa (QS. Al Baqarah : 183).

orang yang bertaqwa tentu saja ia akan senang dan bergembira, karena semua amaliyahnya di bulan ramadan diterima dan pahalanya dilipatkgandakan oleh Allah swt, dan puncaknya adalah dihapuskan semua dosa-dosanya. “Siapa yang berpuasa dengan iman dan keihlasan akan diampuni dosa dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhori).

atas kemenangan yang besar ini, maka umat manusia di seluruh jagad raya terus bertakbir, bertasbih, bertahmid dan bertahlil serta lantunan zikir lainnya sebagai bentuk rasa syukur yang mendalam atas pertolongan Allah. Dan zikir ini akan terus dikumandangkan bahkan diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan perintah Allah secara maksimal dan menjauhi segala bentuk larangan-larangan Allah swt.

Puasa di bulan Ramadan, tidak hanya bertujuan menahan lapar dan dahaga saja, tetapi juga dimaksudkan untuk berlatih mengendalikan amarah, menahan diri dari ucapan dan perbuatan yang tidak baik. Hal ini dimaksudkan dalam rangka melatih dan menanamkan kesabaran. Dan diharapkan kesabaran ini menjadi jati diri seorang muslim. Dalam hadisnya nabi Muhammad saw bersabda, “ Jika ada orang yang marah dan mengajak berkelahi, maka jangan kamu ladeni dan katakanlah padanya saya lagi berpuasa”. Inilah hikmah dari puasa, kita bisa mengendali diri dalam menghadapi berbagai ujian hidup di dunia fana ini.

Selanjutnya puasa juga melatih kita untuk menjadi pribadi yang jujur dan berintegritas, menjauhi segala bentuk kemungkaran seperti korupsi, judi, serta berbagai tindakan yang mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas. Oleh karena itu bagi siapa saja yang berhasil dalam pelatihan puasa ini ia akan manusia yang bersih sekaligus menjadi bagi manusia di sekitarnya baik ucapan, sikap dan perilakunya.

Lebih dari itu, puasa juga mengajarkan kita merasakan keperihan dan kesulitan yang dihadapi oleh orang-orang yang kurang beruntung. Dengan menahan lapar dan haus, kita merasakan bagaimana saudara-saudara kita yang miskin berjuang setiap hari untuk sekadar bertahan hidup. Dari sinilah tumbuh rasa kepedulian yang sejati, yang mendorong kita untuk berbagi dan menolong sesama.

Itulah sebabnya sebelum Idul Fitri dan sebagai bentuk penyempurnaan ibadah puasa, kita diwajibkan menunaikan zakat (fitrah). Zakat ini bukan hanya sebagai penyucian jiwa, tetapi juga sebagai wujud nyata kepedulian sosial, agar mereka yang kurang mampu turut merasakan kebahagiaan di hari kemenangan.

Idul Fitri bermakna kembali kepada fitrah—kesucian hati dan jiwa. Seorang muslim yang telah menyelesaikan ibadah puasa dengan baik akan lahir kembali sebagai pribadi yang lebih peduli, lebih dermawan, dan lebih bertakwa. Kemenangan ini bukanlah kemenangan yang semu, melainkan kemenangan yang hakiki, yakni keberhasilan menundukkan hawa nafsu dan menjadikan diri lebih baik.

Inilah hakikat Idul Fitri—perayaan kemenangan yang bukan hanya menenangkan jiwa, tetapi juga menghadirkan kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain. Sebuah kemenangan yang menggembirakan, karena bukan sekadar selebrasi, melainkan awal dari perjalanan hidup yang lebih berarti, lebih bermakna, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah serta sesama manusia.

Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin…. (wallahu’alam).