Drs. H. Makmur A. Syaik, M. Ag *)
HATIPENA.COM – Suatu hari Rasulullah saw sedang berkumpul dan duduk bersama para sahabat, Lalu, beliau berkata: “Akan datang kepada kalian seorang laki-laki penghuni surga.” Tak lama, seorang lelaki dari kaum Anshar datang dengan membawa sandal di tangan kirinya, dan janggutnya masih basah karena wudhu.
Keesokan harinya, Rasulullah mengulangi perkataannya, dan orang yang sama datang lagi. Hal ini terjadi tiga kali berturut-turut. Karena penasaran, salah satu sahabat Nabi, Abdullah bin Amr bin Ash, memutuskan untuk mencari tahu apa keistimewaan orang ini. Ia pun mengikuti laki-laki tersebut hingga rumahnya dan meminta izin untuk menginap di rumah lelaki tersebut dengan alasan ada masalah keluarga, dan Lelaki itu mengizinkannya.
Selama tiga hari menginap, Abdullah bin Amr memperhatikan kebiasaan orang itu. Ia melihat bahwa ibadahnya tampak biasa saja—tidak banyak salat malam, tidak banyak puasa sunah, dan tidak ada amalan yang terlihat luar biasa.
Akhirnya, Abdullah bin Amr memberanikan diri untuk mengungkapkan alasannya menginap. Ia ingin mengetahui amalan istimewa yang membuat Rasulullah saw menyebutnya sebagai calon penghuni surga. Orang itu pun menjawab, “Apa yang kamu lihat, itulah yang aku lakukan. Aku tidak menambah atau mengurangi apa pun. Namun, setelah berpikir sejenak, ia menambahkan,
“Hanya saja, aku tidak pernah iri kepada orang lain atas nikmat yang Allah berikan kepadanya. Aku juga tidak pernah menyimpan dendam atau kebencian di dalam hatiku terhadap seorang Muslim pun.” Mendengar itu, Abdullah bin Amr pun menyadari bahwa inilah amalan hati yang membuatnya begitu istimewa di sisi Allah.
Masyaallah ini pelajaran penting yang di dapat Abdullah bin Amr, menjaga hati dari rasa iri adalah sesuatu yang berharga, sangat bernilai baik untuk dunia maupun akhirat. dengan hati yang terjaga maka hidup kita akan menjadi tenang, nyaman dan bahagia. terlebih orang tersebut juga tidak menyimpan rasa dendam dan kebncian kepada siapapun.
Berkaitan dengan hati, Rosulullah saw bersabda “Ketahuilah bahwa dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukharidan Muslim).
Hadis ini bermakna bahwa hati sebagai pusat kebaikan dan keburukan. Jika hati seseorang dipenuhi dengan keimanan, ketakwaan, dan niat yang baik, maka seluruh perilakunya juga akan baik. Sebaliknya, jika hati dipenuhi dengan keburukan seperti hasad, sombong, dan penyakit hati lainnya, maka perbuatannya pun akan mencerminkan keburukan itu.
Oleh karena itu kita harus pandai menjaga hati, sebab orang yang menjaga kebersihan hatinya akan lebih dekat dengan Allah. Ia selalu mengingat-Nya dalam setiap keadaan dan berusaha menjalani hidup sesuai ajaran-Nya. Selain itu, orang lain pun akan merasa nyaman berada di dekatnya karena akhlaknya yang baik dan penuh kasih sayang. Orang yang hatinya bersih tidak menyimpan dendam. Jika disakiti, ia mudah memaafkan karena memahami bahwa hidup ini sementara dan segala sesuatu akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Dengan hati yang lapang, seseorang akan lebih bahagia dan tidak terbebani oleh kebencian.
Hati yang bersih tidak dipenuhi dengan iri, dengki, dan kebencian. Sebaliknya, ia penuh dengan keikhlasan, kesabaran, dan rasa syukur. Orang yang hatinya bersih akan selalu merasa tenteram, tidak mudah gelisah, dan mampu menghadapi setiap ujian hidup dengan lapang dada. Hati yang bersih akan tercermin dalam perkataan. Orang yang hatinya bersih tidak akan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan atau merendahkan orang lain. Sebaliknya, ia berbicara dengan lembut, penuh hikmah, dan memberi manfaat bagi orang di sekitarnya. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun sebaliknya, hati yang kotor selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki. Ia selalu melihat kehidupan orang lain dengan iri dan tidak pernah bersyukur atas nikmat Allah. Kebencian dan ketidakpuasan ini membuat hidupnya tidak tenang, selalu gelisah, dan penuh dengan keluhan. Salah satu ciri hati yang kotor adalah kesombongan, merasa lebih hebat dari orang lain, tidak mau menerima nasihat, dan sulit mengakui kesalahan. Inilah sifat yang menyebabkan Iblis diusir dari surga. Allah berfirman: “(Iblis) berkata: ‘Aku lebih baik daripadanya (Adam). Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah’.” (QS. Al-A’raf: 12).
Hati yang kotor tidak senang melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan atau keberhasilan. Ia selalu merasa tersaingi dan ingin melihat orang lain jatuh. Dengki adalah salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya, bahkan bisa menghapus amal kebaikan seseorang. Hati yang kotor tidak bisa mengeluarkan perkataan yang baik. Sebaliknya, ia selalu berbicara dengan penuh kebencian, fitnah, dan dendam. Kata-katanya menyakiti orang lain, memprovokasi permusuhan, dan merusak hubungan sesama manusia.
Sejarah telah menunjukkan bahwa iri hati adalah salah satu faktor utama dalam berbagai tragedi, mulai dari perselisihan keluarga hingga peperangan. Kisah Qabil dan Habil, di mana Qabil membunuh saudaranya karena hasad terhadap nikmat yang Allah berikan kepada Habil. Pun demikian saudara saudara nabi Yusuf yang iri karena ayah mereka, Nabi Ya’qub, lebih menyayangi Yusuf, sehingga mereka ingin melenyapkan nabi yusuf dengan membuangnya kesumur tua.
Oleh karena itu, bersihkan hati kita ini dari segala penyakit hati seperti iri dan dengki. Karena orang yang hatinya kotor akan semakin jauh dari Allah. Ia tidak merasakan ketenangan dalam hidup, karena hatinya selalu dipenuhi kegelisahan, rasa tidak puas, dan amarah. Sifat iri dan dengki itu hanya akan merugikan diri sendiri baik secara lahir maupun batin. sebaliknya hati yang bersih akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman. Rasulullah saw bersabda: “Jauhilah sifat dengki, karena dengki itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud).
Mari kita renungkan firman Allah “Demi Jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan (Jalan) kejahatan dan ketaqwaannya, sungguh beruntung orang-orang yang menyucikan (jiwa itu) dan sungguh rugi orang-orang yang mengotorinya (QS Asy-Syams : 7:10).
Semoga kita termasuk orang-orang yang pandai mensucikan hati,, semoga…. (wallahualam) (*)
*) Wakil Ketua PWNU Lampung dan Kepala Kemenag Kota Bandar Lampung