HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Tangga Kecil Menuju Sukses

August 22, 2025 06:09
IMG_20250822_061211

Drs. Makmur, M.Ag
Kepala Kemenag Kota Bandar Lampung

HATIPENA.COM – Hidup yang bermartabat bukanlah hidup yang bergantung pada belas kasihan orang lain. Harga diri seseorang ada pada kerja kerasnya, pada keringat yang ia teteskan, dan pada usaha halal yang ia jalani, sekecil apa pun hasilnya. Betapa mulia orang yang memilih berusaha, meski sederhana, daripada sekadar meminta-minta dan menyerahkan nasibnya pada kemurahan hati orang lain. Karena sesungguhnya, setiap langkah kecil yang diambil dengan tekad dan kerja keras, adalah tangga yang akan mengantarkan pada keberhasilan yang lebih besar.

Anas bin Malik ra mengisahkan sebuah peristiwa yang menggetarkan hati. Suatu hari, seorang lelaki miskin dari kalangan Anshar datang menghadap Rasulullah saw. Wajahnya letih, pakaiannya lusuh, dan suaranya lirih namun penuh harap. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku ini orang miskin. Tolonglah aku.”

Seandainya beliau mau, tentu Rasulullah saw bisa langsung memberinya sesuatu. Tetapi Nabi yang penuh hikmah itu tidak hanya ingin memberi, melainkan mendidik. Beliau bertanya dengan tenang, “Apakah engkau memiliki sesuatu di rumahmu?” Lelaki itu menjawab, “Ada, wahai Rasulullah. Hanya sebuah cangkir dan selembar kain.” Rasulullah saw lalu bersabda, “Pulanglah, bawalah keduanya kepadaku.”

Lelaki itu segera mengambil barang-barang tersebut, lalu menyerahkannya kepada Rasulullah saw. Beliau pun melelangnya di hadapan para sahabat. Terjual dengan harga dua dirham. Rasulullah saw kemudian memberikan uang itu sambil bersabda, “Ambillah satu dirham untuk membeli makanan bagi keluargamu. Dan dengan satu dirham lagi, belilah kapak, lalu bawalah ke sini.”

Tak lama, lelaki itu kembali membawa sebuah kapak. Rasulullah saw memasangkan gagangnya dengan tangan beliau sendiri, kemudian menyerahkannya seraya berkata, “Pergilah, carilah kayu bakar dan juallah. Jangan datang kepadaku selama lima belas hari, kecuali jika engkau benar-benar tidak memiliki apa-apa.”

Hari-hari berlalu. Belum genap lima belas hari, lelaki itu kembali dengan wajah yang berbeda. Kali ini bukan wajah seorang pengemis, melainkan seorang pekerja keras yang mulai menemukan harga dirinya. Dengan penuh syukur ia menceritakan bahwa ia telah memperoleh sepuluh dirham dari hasil menjual kayu bakar. Sebagian dibelanjakan untuk makanan, sebagian lagi untuk membeli pakaian. Hidupnya mulai berubah, langkah kecilnya kini menuntunnya pada arah yang lebih baik.

Rasulullah saw tersenyum bangga dan bersabda, “Ini lebih baik bagimu daripada engkau datang meminta-minta. Karena meminta-minta hanya layak bagi tiga golongan: orang fakir yang benar-benar tidak memiliki apa-apa, orang yang terlilit utang berat, dan orang yang menanggung diyat (utang darah).” (HR. Abu Dawud No. 1641).

Kisah ini bukan sekadar cerita tentang dua dirham dan sebuah kapak, melainkan pelajaran besar tentang martabat, usaha, dan cara pandang hidup. Rasulullah saaw tidak ingin umatnya tumbuh dengan mental pengemis, tetapi dengan jiwa pekerja keras yang percaya bahwa setiap tetes keringat memiliki nilai. Beliau mengajarkan bahwa bekerja, meskipun pekerjaan itu sederhana dan kasar, jauh lebih mulia daripada hidup dari belas kasihan orang lain. Karena kemuliaan bukan diukur dari besarnya harta, melainkan dari cara seseorang meraih rezekinya.

Rasulullah saw juga menanamkan prinsip bahwa bekerja bukan hanya sekadar mencari nafkah, melainkan ibadah. Selama usaha itu halal, meski hasilnya kecil, maka keberkahannya lebih besar daripada harta melimpah yang diperoleh dengan cara yang haram. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya: “Katakanlah: Bekerjalah kalian, maka Allah akan melihat pekerjaan kalian, begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 105).

Dari sinilah kita belajar bahwa langkah kecil dapat membuka pintu besar. Dengan modal sebuah kapak, lelaki miskin itu pergi ke pasar untuk menjual kayu bakar. Di pasar, ia bukan hanya menjual hasil usahanya, tetapi juga membangun relasi, bertemu orang-orang baru, membuka pintu interaksi yang bisa berkembang menjadi peluang lebih besar. Begitulah hukum kehidupan: ketika kita bergerak, maka kesempatan akan datang. Ketika kita bekerja keras, maka jalan menuju keberhasilan akan terbuka setahap demi setahap.

Apalagi di era digitalisasi dan ekonomi kreatif saat ini, peluang untuk berusaha mandiri terbentang begitu luas. Kita tidak lagi harus memiliki toko fisik atau modal besar. Dengan sebuah ponsel dan ide sederhana, siapa pun bisa membuka jalan rezekinya: berdagang secara online, menjual makanan rumahan, menawarkan jasa, mengajar secara daring, atau bahkan membangun konten yang bermanfaat. Dunia digital ibarat pasar besar yang mempertemukan manusia dari berbagai penjuru, tempat relasi dan peluang dapat lahir setiap hari.

Karena itu, jangan pernah malu untuk memulai dari bawah. Jangan gengsi melakukan hal kecil. Seperti lelaki Anshar yang memulai hidup barunya dengan kapak dan kayu bakar, kita pun bisa memulai dari langkah kecil, dari usaha sederhana, dari kemampuan yang ada pada diri kita hari ini. Siapa tahu, langkah kecil itu adalah tangga pertama menuju kesuksesan besar.

Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11). Maka jangan hanya menunggu nasib berubah, tetapi mulailah bergerak. Mulailah dari yang kecil, dari yang sederhana, dari diri kita sendiri, dan mulai sekarang.

Sebab setiap tangga kecil yang kita pijaki hari ini bisa menjadi jalan menuju keberhasilan besar di masa depan. Dan sesungguhnya, orang yang bersungguh-sungguh pasti akan menuai hasilnya, sebagaimana pepatah Arab mengatakan, “Man jadda wajada”—siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.

Semoga kita semua menjadi bagian dari generasi yang kuat dalam iman, tangguh dalam usaha, dan jujur dalam penghasilan, sehingga hidup kita bukan hanya mulia di mata manusia, tetapi juga diridhai Allah SWT. (*)

Wallahu a’lam.