Irwan Setiawan
HATIPENA.COM – Jam Gadang adalah bangunan ikonik yang menjadi ciri khas Bukittinggi. Belum afdal rasanya bila wisatawan atau orang yang pulang kampung ke Sumatera Barat tapi tidak berfoto di Jam Gadang.
Penunjuk waktu berukuran besar ini, dibangun pada tahun 1926-1927 atas inisiatif Hendrik Roelof Rookmaaker, controleur/ sekretaris kota Fort de Kock. Jamnya merupakan hadiah dari Ratu Belanda Wilhelmina kepada Rookmaaker. Arsitektur menara jam ini dirancang oleh Yazid Radjo Mangkuto dari Koto Gadang.
Pelaksana pembangunan adalah Haji Moran dengan mandornya Sutan Gigi Ameh. Peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rookmaaker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.
A. Datuak Rajo Dilangik pengusaha batu bata dengan nama produknya “DRD” digunakan dalam pembangunan Jam Gadang. Bahan bangunan lain yang digunakan adalah batu, pasir, kapur. Terkait dengan keberadaan pabrik Semen Padang yang telah ada sejak 1910. Maka ada keyakinan bahwa semen itu juga telah dipakai untuk bangunan ini. Apalagi di tahun 1920 terdapat catatan bahwa bangunan Gedung Sate di Bandung telah menggunakan Semen Padang.
Mengingat ada juga informasi yang membuat rancu tentang bahan perekat bata, batu dan pasir adalah dengan putih telur. Hal ini tentu tidak bisa diyakini kesahihannya sebab tidak bisa diterima secara akal sehat ataupun ilmu konstruksi. Maka sangat kuat dugaan bahwa semen itu telah dipakai juga untuk bangunan ini.
Pada masa pembangunannya Jam Gadang pernah mengalami masa sulit, yaitu saat dalam tahap kontruksi ternyata terjadinya gempa bumi Padang Panjang pada Juni 1926. Gempa mengakibatkan bangunan menara mengalami kerusakan dan miring 30 derajat sehingga harus diperbaiki, dan dibangun lagi seperti keadaan semula.
Setelah satu tahun pembangunan berjalan, Jam Gadang akhirnya diresmikan pada tanggal 25 Juli 1927. Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 15.000 Gulden. Dan upah pengerjaan 6.000 Gulden. Biaya yang fantastis, apalagi dalam proses pembangunan pernah rusak terkena dampak gempa Padang Panjang. Sehingga harus direnovasi dan disempurnakan lagi.
Ukuran dasar bangunan Jam Gadang yaitu 6,5 x 6,5 meter, ditambah dengan ukuran dasar tangga selebar 4 meter dengan tinggi 36 meter dan terdiri dari beberapa tingkat. Terdapat 4 jam dengan diameter masing-masing 80 cm pada masing-masing sisi Jam Gadang.
Jam ini digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat dua unit di dunia, yaitu Jam Gadang di Bukittinggi dan Big Ben di London, Inggris. Pada bagian lonceng tertera nama pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen.
Bangunan Jam Gadang memiliki enam tingkatan. Satu lantai dasar dan lima lantai bagian dalam bangunan. Pada bagian bawah atau lantai dasar ini terdapat tangga untuk naik ke lantai dua dari 2 arah. Di arah kanan dan kiri bangunan.
Bangunan lantai dasar itu tidak memiliki dinding, lebih menyerupai lorong yang bisa dilewati sehingga kita tembus keluar pada arah bagian lainnya. Dengan tampilan bangunan melengkung mirip dengan pola kandang rumah gadang.
Di lantai 2, kita akan masuk bagian dalam jam gadang. Dan dari lantai 2 ini untuk menuju ke lantai 3 sampai 5 (puncak) kita harus menaiki tangga yang terbilang kecil, hanya untuk satu orang. Saat menaiki tangga inilah kita bisa melihat bagian mesin Jam Gadang. Sementara itu untuk bandul jam ada di ruangan puncak.
Untuk bagian atap Jam Gadang tercatat telah tiga kali mengalami perubahan bentuk. Saat awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atapnya berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur.
Pada masa pendudukan Jepang, bentuk atap diubah menyerupai Kuil Shinto (pagoda). Setelah berita proklamasi sampai ke Bukittinggi, di atas Jam Gadang dikibarkan bendera merah putih untuk pertama kalinya di Bukittinggi.
Pada 1953, pasca kemerdekaan Indonesia atap pada Jam Gadang diubah kembali menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, atap Rumah Gadang.
Berdasarkan hasil kajian tim BPK (Balai Pelestarian Kebudayaan) Wilayah III Sumatera Barat, setelah dilakukan pengerokan dinding Jam Gadang terdapat tiga lapisan cat. Namun proses pengecatan jam gadang yang terdokumentasi adalah pengecetan di tahun 2018 dan yang terbaru adalah di Ramadan 2025 ini. Sehingga bangunan lebih terawat, bersih dan rapi. (*)
Sumber :
- Buku “Kinantan Melintas Zaman” Sejarah Kebun Binatang Bukittinggi, Egypt Van Andalas, 2023.
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Jam_Gadang