HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Jejak Pariwisata Ranah Minang, Franconia di Emma Haven

April 11, 2025 11:12
IMG-20250411-WA0040

Irwan Setiawan

HATIPENA.COM – Sejarah mencatat, untuk kedatangan rombongan luar negeri yang khusus untuk berwisata ke kawasan Sumatera Barat diawali di tahun 1925. Dalam Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie melaporkan “Kapal wisata Franconia tiba di Emma Haven/ Teluk Bayur.

Satu orang penumpang tewas dalam perjalanan. Mereka berjumlah lebih kurang 300 orang yang melanjutkan perjalanan ke Padang Panjang. Itulah perjalanan khusus wisata yang tercatat masuk ke wilayah ini untuk pertama kali, menggunakan kapal wisata mewah di zamannya.

Hal ini dipengaruhi dengan telah rampungnya pelabuhan Teluk Bayur /Emma Haven di tahun 1893. Sehingga kapal dari Eropa-pun telah singgah secara regular ke Padang.

Konsep liburan atau vacation yang sebelumnya belum ada di nusantara mulai dikenal sejak zaman penjajahan. Rutinnya kedatangan kapal wisata itu, tentu memberi dampak bagi perkembangan dunia wisata negeri jajahan.

Pemerintah kolonial Belanda telah menjadikan wisata nusantara sebagai salah satu “barang jualan” mereka untuk bangsa Eropa. Mereka mempromosikan berbagai negeri di Indonesia dalam koran-koran ternama di zamannya. Mereka menampilkan foto-foto lokasi, atraksi budaya dan keindahan Indonesia ke dunia internasional.

Selain menyajikan foto tentang negeri ini, Pemerintah kolonial Belanda juga telah mendokumentasikan kemolekan negeri ini dengan berbagai film hasil rekaman mereka ke berbagai negeri. Meski masih berupa video hitam putih, namun tetap menyajikan keindahan negeri ini.

Foto dan video ini telah dapat kita nikmati dan tonton di YouTube dan chanel-chanel lain yang konsen mengangkat nilai kesejarahan nusantara. Bahkan telah tayang juga di berbagai platform media sosial saat ini.

Keunikan dan keelokan Minangkabau juga dijadikan salah satu hal yang menjadi nilai jual untuk wisata di era kolonial. Foto rumah-rumah gadang dan rangkiang serta surau-surau tua, pakaian adat dan hasil kerajinan, atraksi budaya dan adat Minangkabau, keindahan alam Sumatera Barat hampir selalu menghiasi koran-koran berbahasa Belanda.

Menariknya, daerah-daerah wisata yang disajikan itu umumnya memiliki simpul jalur perjalanan ke Bukittinggi. Sehingga kita ini memang telah menjadi jalur dan peran penting sejak dahulu hingga kini.

Jadi wajar saja pemerintah kolonial juga membangun hotel di tanah Fort de Kock. Dan kisah ini akan kita ulas dalam tulisan berikutnya. (*)

Sumber :

  1. Kinantan Melintas Zaman, Sejarah Kebun Binatang Bukittinggi, Egypt Van Andalas, 2023.
  2. https://en.m.wikipedia.org/wiki/RMS_Franconia_(1922).
  3. Diramu dari berbagi sumber.