Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Kebun Binatang Bukittinggi, Riwayatmu “Doeloe” (II)

April 25, 2025 15:01
IMG-20250425-WA0067

Irwan Setiawan

B. Dari Kebun Bunga ke Kebun Binatang Bukittinggi (Fort de Kockshe Dieren Park)

HATIPENA.COM – Kuatnya cengkraman kekuasaan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Bukittinggi, ternyata memberi pengaruh pada keadaan Kebun Bunga. Hal ini terbukti dengan munculnya ketertarikan untuk mengembangkan area Kebun Bunga Stormpark menjadi kebun binatang. Tata kawasan kota dan area Kebun Bunga dapat dilihat pada peta Fort de Kock. Strompark telah mendapat tempat khusus dan lokasi yang permanen serta masuk dalam desain tata kota dimasa itu.

Drh.J. Heck seorang dokter hewan di Kota Bukittinggi, Groeneveld seorang Asisten Resident Van Agam yang merangkap sebagai voortter Gemeente – Raad Fort de Kock, J.H. Schallig yang merupakan seorang sekretaris Van de Gemeente- Raad Fort de Kock dan Edwar Jacoboan seorang hartawan berkebangsaan Belanda, mereka berusaha menjadikan Kebun Bunga Stormpark yang dikembangkan sejak tahun 1900 menjadi kebun binatang.

Karena adanya peluang pengembangan Bukit Malambuang, maka diputuskanlah untuk mengubah kebun bunga yang telah dibuka sejak tahun 1900 menjadi kebun binatang. Dalam bahasa Belanda disebut dengan Dierenpark, (dieren artinya binatang, dan park artinya taman).

Bila diamati peta Fort de Kock yang dikeluarkan pemerintah Kolonial Belanda dapat kita lihat bahwa kawasan Kebun Binatang Bukittinggi telah diberi teritorial khusus. Artinya kawasan ini telah menjadi sebuah objek penting yang tercatat dan diakui eksistensinya oleh pemerintah Kolonial Belanda.

Di antara banyak bangunan-bangunan penting, kantor, benteng, fasilitas kota, dan barak militer milik Belanda, strompark telah diberi tanda lokasi khusus. Artinya objek wisata ini memang telah diakui dan dinilai penting oleh Belanda di kota nan cantik ini.

Sebuah hal menarik yang terjadi di daerah jajahan Belanda sejak tahun 1900-an adalah dengan datangnya para arsitek Belanda ke negeri-negeri jajahan, termasuk Indonesia.

Para arsitek tersebut dapat dikategorikan pada 3 kelompok yaitu: arsitek yang bekerja pada BOW (Burgelicke Openbare Werken) yang bertanggung jawab atas perawatan, pemeliharaan, reparasi, perencanaan bangunan-bangunan milik pemerintah.

Arsitek yang bekerja pada swasta dan arsitek yang bekerja untuk kotamadia (Gemeente) yang baru dibentuk setelah UU desentaralisasi tahun 1905. Disisi lain, Kota Bukittinggi telah dijadikan sebagai Gemeente berdasarkan Staatsblad 1918 No. 310.

Para arsitek yang ditugaskan untuk datangkan ke berbagai kotamadya atau kotapraja (Gemeente) di Indonesia, tentu juga telah datang ke kota ini. Mereka memberi pengaruh tersendiri terhadap kota yang mereka tempati.

Sehingga di berbagai kota di Indonesia terdapat bangunan-bangunan dengan arsitektur khas Belanda atau setidaknya atas pemikiran arsitek Belanda. Seperti halnya pembangunan Jam Gadang pada tahun 1927, dimasa kekuasaan Controelur Rookmaker.

Pola umum yang ada pada kota-kota yang telah dikelola dan direncanakan oleh para arsitek Belanda, mereka berusaha membuat sebuah taman kota atau tempat beristirahat, bersantai terutama bagi penguasa Belanda yang ada di daerah.

Seperti halnya taman kota yang ada di pantai Padang yang dibuat khusus oleh Belanda sebagai tempat mereka untuk bersantai dan menenangkan diri. Kebun Binatang Bukittinggi juga adalah salah satu aplikasi dan pembuatan taman kota di daerah ini.

Karena adanya berbagai faktor pendukung dan dorongan yang kuat untuk perubahan menuju kemajuan maka diputuskanlah pada tanggal 3 Juli 1929 Kebun Bunga Stormpark diubah statusnya menjadi kebun binatang dengan nama “Fort de Kocksche Dieren Park” atau Kebun Binatang Bukittinggi.

Jadi bila dikaji menurut analisa historis dapat ditetapkan bahwa 3 Juli 1929 adalah hari jadi Kebun Binatang Bukittinggi. Fort de Kocksche Dieren Park dimasa awal pengembangannya sudah menyediakan dan membangun kandang-kandang yang permanen dan bagus (untuk masa itu).

Pada tahap awal dibangun kandang-kandang binatang dengan bentuk persegi sebelas. Tiap sudut ditarik batas ke tengah pohon beringin yang berfungsi sebagai pusat. Sejak Juli 1929, kebun binatang ini telah diisi dengan binatang-binatang seperti: kelici, burung, ayam hutan, dan kuaw.

Kemudian kandang burung-burung dipindahkan oleh A. Murad Sutan Batuah seorang kepercayaan Belanda, karena adanya gangguan dari tikus-tikus. Fort de Kocksche Dieren Park kemudian dibatasi dengan pagar kawat berduri, sehingga anak nagari yang biasa bermain ke daerah ini menjadi terhalang. Kandang dengan pagar besi ini adalah sebuah hal yang modern dan mewah di zaman itu.

Untuk perkembangan selanjutnya dibuat pula kandang rusa, kandang kasuari, kandang kambing hutan, kandang singa, dari terali besi bekas penjara atau tangsi militer Belanda di Lubuk Sikaping.

Atas dukungan dan bantuan Groeneveld yang merupakan Asistent Resident Agam yang merangkap Voorzitter Gemeente-Raad Fort de Kock dapat dengan mudah mendatangkan satwa-satwa yang dibutuhkan dari daerah-daerah sekitar Bukittinggi dan Agam. Apalagi saat itu keadaan alam yang masih alami dan hewan-hewanpun masih dapat hidup dan berkembang dengan baik pada habitatnya sehingga penambahan satwa di kebun binatang dapat dilakukan dengan mudah.

Menurut catatan William Marsden yang melakukan perjalanan ke Sumatera di abad XVII menemukan bahwa kekayaan alam Sumatera dapat dilihat dari hewan yang tersebar luas di wilayah ini seperti jenis mamalia : kerbau, sapi, kambing, domba, babi hutan, gajah, badak, burung, kijang, harimau, trenggiling. Jenis reptile seperti : buaya, ular, kura-kura, paus, jenis burung lainnya, kuau, merak, bangau, dan berbagai jenis serangga.

Tentulah binatang ini murah didapat dan dikoleksi oleh kebun binatang. Selain kondisi alam yang digambarkan William Marden juga menjabarkan hasil alam yang memiliki nilai komersial di Eropa seperti : lada, lada putih, pala, cengkeh, kapur berus, berbagai jenis kayu, kemenyan, kasia atau kulit manis, rotan, kapas, sirih, kopi, damar, gambir, kayu gaharu, jati dan jenis hasil alam lainya. Jadi dapat difahami bagaimana kekayaan alam Indonesia inilah yang membuat penjajah semakin tertarik untuk berkuasa di pimpinan kebun binatang dalam periode awal dapat dinyatakan cukup berhasil.

Para pencetus didirikannya Kebun Binatang Bukittinggi seperti: Drh. J. Heck, Groeneveld, J.H. Schallig, Edwar Jacoboan, bertindak sebagai badan pengontrol yang selalu mengawasi dan menilai dari jalannya perkebangan kebun bintang.

Setelah berakhirnya masa kepemimpinan A. Murad St. Batuah, digantikan oleh Van Ommen. Ia menjabat sebagai pemimpin di Kebun Binatang Bukittinggi dari 1932 sampai 1933. Namun dalam masa kepemimpinan yang singkat tersebut Van Ommen mampu menambah dan melengkapi koleksi binatang di Fort de Kocksche Dieren Park karena adanya tenaga ahli dan ketersediaan dana.Van Ommen digantikan oleh Opstal, yang merupakan seorang bekas tentara Belanda (Ex KNIL).

Masa kepemimpinan Opstal berlangsung dari tahun 1933 sampai tahun 1934. Tahun 1933, empat tahun setelah berdiri Fort de Kocksche Dieren Park Kebun Binatang Bukittinggi telah mampu mengirim atau mensuplai sebanyak 150 ekor hewan koleksi jenis satwa khas Sumatera ke Kebun Binatang Surabaya.

Dapat kita bayangkan bagaimana kedua institusi ini telah bekerja sama dan berkirim hewan koleksi dengan jumlah yang demikian banyak. Kebun Binatang Surabaya adalah kebun binatang tertua di Indonesia, yang telah berdiri sejak tahun 1916. Sebagai balasan untuk pertukaran koleksi Kebun Binatang Bukittinggi itu maka pengelola Kebun Binatang Surabaya mengirim koleksi binatang berupa fauna khas daerah Indonesia timur ke Kebun Binatang Bukittinggi. (*)

Sumber : Kinantan Melintas Zaman, Sejarah Kebun Binatang Bukittinggi, Egypt Van Andalas, 2023, Padang Panjang.