HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Busuk dan Mawar: Dua Wajah Nyamplungan

January 17, 2025 20:38
IMG_20250117_203703

Yusuf Achmad

ASAP kopi pagi berjinjit-jinjit, melompat, menikam hidung.
Seperti asap, puisi tua muncul di pikiran, mengajak lewati depan
rumah bertabir-tabir. “Kita adalah pejalan sedang mampir.
Musafir jangan lupa zikir.” Di jalan penuh napas, digandeng
tanganku tak lepas.

Bagai tulisan dan kertas, kata Nyamplungan harus terlukis.
Berbaris baris, menyentuh hati. Gunakan bahasa bukan linggis.
Sebaris baris, pasti merintis. Puisi tua terbang melayang,
mengantar. Sampai di jalan Kalimas Udik. Puisi lain pernah
lewat bawa badik.

Puisi mengepul tersembul nama. Ya, namanya Kampung Busuk.
Kami cium aroma menusuk-nusuk. Tak serupa penghuninya
suka ibadah khusuk. Tak mau bohong, hasut atau berhati busuk.
Puisi tua curiga bau harum, jiwa tertusuk.

Meracuni penghuni tak punya penawar. Kampung berbentuk
dan bernama mawar. Tumbuh megah beraroma bunga. Durinya
tajam menggoda. Kampung harum tak selalu indah. Kampung
Busuk menempel, lekat membekas tulisan dan kertas.

Jelas tanpa batas. Tulisan dan kertas adalah aku dan puisi tua.
Kaya makna, juga nama. Tanya puisi tua, “Mungkinkah hidup
tanpa nama?” Tanpa nama busuk atau mawar. Hanya kampung
saja, biar penghuninya tidak busuk tapi seperti mawar.

Surabaya,19-7-2023