Ilustrasi : AI/ Wak Rojam
Penulis : Rosadi Jamani *)
HATIPENA.COM – Di angkasa yang sunyi, kapal starship berkepala banteng meluncur dengan kecepatan cahaya, meninggalkan jejak luka dan kehancuran di medan perang. Di dalamnya, pasukan GS Caltex terdiam. Tidak ada lagu kemenangan, tidak ada sorak sorai, hanya suara mesin yang meraung pelan, seakan ikut berkabung atas kekalahan mereka yang menyakitkan. Gyselle Silva duduk di sudut, wajahnya penuh lebam, matanya kosong menatap ruang hampa. Sesekali ia menggerakkan bahunya yang masih terasa perih akibat hantaman keras dari Jung Hoyoung dan Park Eun Jin.
Kim Joo Hyang bersandar di dinding kapal, menatap bajunya yang robek di beberapa bagian. Cho Ga Eun mencoba menambal luka kecil di dahinya dengan selembar kain yang entah dari mana asalnya. Seo Chae Won dan Lee Yoon Shin sibuk membalut tangan dan kaki mereka yang penuh luka bakar akibat hantaman bola berkecepatan warp-speed dari Megawati.
Di ruang kemudi, Jenderal Lee Youngtaek berdiri tegap, menatap ke luar jendela dengan ekspresi penuh dendam. Matanya yang biasanya penuh keyakinan kini menyala dengan kobaran amarah. Tangannya mengepal kuat, urat-urat di dahinya menegang. Ia menarik napas dalam, lalu berbalik menghadap pasukannya yang masih tergolek lemah.
“Dengar ini baik-baik!” suaranya menggelegar, menggema di seluruh kapal. Para prajurit yang semula tertunduk langsung menegakkan tubuh, meskipun beberapa dari mereka harus menahan nyeri. “Hari ini, kita memang kalah. Tapi apakah kita akan tetap menjadi pecundang selamanya?!”
“Tidak!” teriak para prajurit, meskipun beberapa suara terdengar parau dan lemah akibat pertempuran brutal tadi.
“Kalian lihat luka-luka di tubuh kalian? Kalian ingat rasa sakit ini?!” Jenderal Lee berjalan mondar-mandir di hadapan mereka, tatapannya tajam bak laser yang siap membelah asteroid. “Ingatlah itu! Rasakan itu! Karena pada 26 Februari nanti, kita akan mengubah penderitaan ini menjadi amarah! Red Force mungkin merasa mereka telah menang mutlak. Mereka mungkin berpikir kita hanya sekelompok debu kosmik yang tersapu badai bintang! Tapi mereka salah! Kita adalah ledakan supernova yang akan menghancurkan mereka!”
Sorak-sorai mulai menggema. Prajurit yang tadinya tertunduk kini mulai bangkit, semangat mulai membakar jiwa mereka. Bahkan Gyselle Silva yang tadi pasrah kini mengangkat tinjunya ke udara.
“Kita akan menyiapkan strategi baru, senjata baru, teknik yang bahkan Einstein pun tak mampu jelaskan!” lanjut Jenderal Lee. “Megawati Hangestri Pertiwi akan tahu apa itu rasa takut! Vanja Bukilic sudah tak berdaya! Pyo Seungju dan Park Eun Jin tidak akan bisa menahan gelombang serangan kita! Jung Hoyoung akan merasakan ketakutan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya! Jeon Dabin? Aku akan memastikan ia menyesali hari ketika ia memutuskan untuk bangkit dari bayang-bayang! Lalu, Noh Ran yang mungil itu, kita buat kalang kabut dengan senjata baru!”
“Kaptennya, Yeom Hye Seon pastikan tak bisa memberi umpan bagus,” perintah Jenderal Lee ke Silva.
Sorakan semakin keras. Para prajurit yang tadinya penuh luka dan kesedihan kini berubah menjadi bara api yang siap membakar semesta. Kapal starship berkepala banteng terus melaju ke markas utama, tetapi kini bukan sebagai pasukan yang kalah, melainkan pasukan yang sedang bersiap untuk balas dendam.
Di kejauhan, di sisi lain galaksi, Red Force masih merayakan kemenangan mereka, tanpa tahu bahwa badai balas dendam sedang mengumpulkan tenaga, siap menghantam mereka dengan kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya…
Pertempuran belum berakhir. Ini baru permulaan. Tunggu lanjutkan kisahnya, wak. (*)
#camanewak
*) Ketua Satupena Kalbar